Kamis 10 Apr 2014 17:15 WIB

Enam Rumah Roboh di Cicendo

Rep: C30/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga memeriksa dinding rumahnya yang roboh. Ilustrasi
Foto: Antara/Ampelsa
Warga memeriksa dinding rumahnya yang roboh. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Enam rumah di RW02 Kelurahan Arjuna Kecamatan Cicendo Kota Bandung roboh, Kamis (10/4). Rumah yang berada di tepi aliran Sungai Citepus itu runtuh setelah mengalami keretakan sejak beberapa minggu yang lalu. Akibatnya, sebanyak sembilan kepala keluarga terpaksa diungsikan untuk sementara. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

Salah satu warga RT02 RW02 Kelurahan Arjuna, Ellan (50 tahun), mengatakan, rumahnya roboh terjadi sekitar pukul 11.15 WIB. Saat itu dirinya berada di rumah bersama kakaknya, Entan. "Tiba-tiba suara retakan bergemuruh gitu. Saya langsung lari keluar," katanya saat ditemui di lokasi, Kamis (10/4).

Menurut Ellan, rumahnya mulai mengalami keretakan sejak 18 Maret lalu. Ketika itu hujan lebat mengguyur Kota Bandung semalaman. Hujan itu mengakibatkan debit air di aliran Sungai Cicendo menjadi meningkat. Akibatnya, dinding pembatas (kirmir) di aliran Sungai Citepus menjadi tergerus.

Dikatakan Ellan, retakan menjadi semakin parah pada Jumat (4/4) lalu. Retakan-retakan yang awalnya hanya kecil menjadi semakin menganga di beberapa bagian dinding dan lantai rumahnya. "Sejak saat itu saya sudah mengosongkan seluruh isi rumah," ujarnya.

Ellan mengatakan, saat ini pindah ke tempat yang aman. Dia menyewa per bulan untuk tempat tinggal bersama anak-anaknya. Rumahnya yang roboh sebelumnya digunakan sebagai tempat usaha salon. Untuk sementara, usaha salon yang ia geluti terpaksa berhenti.

Dia mengaku mau saja jika harus direlokasi ke tempat lain. Asal, kata dia, tempat untuk relokasinya layak dan sesuai dengan yang diinginkan. Dan memungkinkan untuk untuk meneruskan usahanya. "Kalau yang lain sepakat ya ayo saja," katanya.

Sementara itu, Camat Cicendo Asep Gufron dalam kesempatan yang sama mengatakan, bangunan yang roboh semuanya berdiri di atas kirmir. Padahal, kata dia, letak bangunan setidaknya berjarak tak boleh kurang dari dua meter dari tepi sungai.

Menurutnya, kirmir yang sudah tua semakin terbebani dengan berdirinya bangunan di atasnya. Gerusan air juga menambah kerusakan kirmir. Akibatnya, tanah di bagian bawah bangunan semakin tergerus dan keropos. Kondisi ini sangat rentan terhadap stabilitas bangunan yang ada di atas kirmir.

Dikatakan Asep, enam rumah yang roboh ini di huni oleh sembilan KK. Sebelumnya, warga juga sudah diperingatkan untuk mengosongkan rumah sejak keretakan parah terjadi pada Jumat (4/4) lalu. "Alhamdulillah nggak ada korban jiwa," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement