REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan optimistis pengerjaan proyek pembangunan monorel (Mass Rapid Transit/MRT) di wilayah Bandung Raya tidak akan bernasib seperti pembangunan monorel di DKI Jakarta.
"Kami optimistis monorel di Jawa Barat tidak akan seperti di DKI Jakarta. Walaupun diinisiasi pada Juli 2012, dari sisi proses kita paling cepat jika dibandingkan dengan DKI Jakarta yang sudah dilakukan sejak 2013," kata Asisten Daerah IV Bidang administrasi dan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa di Bandung, Senin (7/4).
Iwa menyatakan Pemprov Jawa Barat juga mengambil pembelajaran positif terkait pembangunan monorel dari DKI Jakarta atau wilayah lainnya. Menurut dia, salah satu hal yang membuat optimistis pihaknya dalam membangun monorel di Jawa Barat ialah karena menggunakan konsep "b to b" (business to business).
"Konsep yang kami tawarkan pemerintah lebih kepada regulasinya dan konsep 'b to b'. Konsep ini juga sudah kita informasikan kepada Bappenas, Kemehub dan mereka setuju," kata Iwa.
Dengan dipakainya konsep "b to b" ini maka dalam pembangunan monorel tersebut akan terjadi subisdi silang seperti terbentuknya Kota Satelit di wilayah perlintasannya.
"Dengan pembangunan monorel ini maka masyarakat diuntungkan karena harga tiket jadi terjangkau ," katanya.
Pihaknya menuturkan, saat ini tim khusus dari Pemprov Jawa Barat dan China National Machinery Import and Export Corporation (CMC), sebuah BUMN di Cina akan bertemu untuk membuat master plan dari pembangunan monorel tersebut.
Selain itu, lanjut Iwa, Selasa (8/4) besok lima kepala daerah se-Bandung Raya akan menandatangani nota kesepahaman dengan Pemprov Jabar terkait monorel Bandung Raya.
"Besok itu Pak Gubernur Jabar Ahmad Heryawan akan menandatangani nota kesepahaman bersama Bupati Bandung, Wali Kota Bandung, Wali Kota Cimahi dan Bupati Bandung Barat.Kita akan sepakat untuk sama-sama membangun monorel Bandung Raya," katanya.