REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Pemilu 2014 dinilai sebagian kalangan merupakan penentu untuk mengakhiri masa transisi reformasi Indonesia. Ini juga yang diyakini Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Dalam pengajian bulanan PP Muhammadiyah di kantor pusat Muhammadiyah, Din mengungkapkan masyarakat Indonesia harus paham bahwa pemilu 2014 ini sangat penting. Karena, kata dia, Pemilu 2014 inilah sudah saatnya mengakhiri masa transisi demokrasi indonesia.
"Masa transisi demokrasi kita bisa dibilang cukup lama, ini tahun ke 16. Kita berharap tahun ini menjadi tahun terakhir transisi demokrasi bangsa ini," kata Din dalam pengajian bulanan di PP Muhammadiyah yang mengangkat tema 'Pemilihan Umum yang Damai, Aman dan Bermutu', Jumat (4/4).
Menurut Din, masa transisi demokrasi Indonesia bisa dibilang cukup panjang. Karena itu ia berharap masyarakat Indonesia semakin sadar dan tidak apatis terhadap proses ini. Walau ia mengakui sudah banyak warga yang apatis karena calon legislatif yang ada, 60 persennya masih dipenuhi wajah-wajah lama.
Dimana mereka, kata dia, hanya sedikit membawa perubahan bangsa ini. Tapi Din berharap umat islam khususnya warga muhammadiyah tetap optimistis bahwa pemilu kali ini bisa menjadi jawaban semua permasalahan bangsa.
Karenanya ia menyayangkan kalau budaya demokrasi transaksional masih saja diterima masyarakat Indonesia. Karena itu membuat pemilu tidak berkualitas dan semakin memperpanjang masa transisi demokrasi Indonesia.
"Karenanya pemilu bukan hanya perlu damai, aman tapi juga bermutu," ungkapnya. Din berharap kepada TNI dan Polri bisa membantu semaksimal mungkin mengawal keamanan penyelenggaraan pemilu ini.
Namun Din juga berharap agar Polri dan TNI agar tetap netral dan berpihak pada kebenaran.