Rabu 26 Mar 2014 23:59 WIB

Gejala ‘Demokrasi Kultus’ di Indonesia Semakin Menguat

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Nidia Zuraya
Presentasi hasil survei politik. (Ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Presentasi hasil survei politik. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hasil pemilu legislatif tahun ini dikatakan akan sangat bergantung pada pertarungan elektabilitas para calon presiden (capres) yang diusung oleh partai politik. “Hal ini menunjukkan semakin menguatnya gejala personalisasi atau ‘demokrasi kultus’ di dunia perpolitikan Indonesia,” kata peneliti dari Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, di Jakarta, Rabu (26/3).

Ia menuturkan, gejala tersebut tampak dari menguatnya peran dan pengaruh tokoh-tokoh kunci partai politik. Pada batas-batas tertentu, kata dia, fakta ini cukup mengkhawatirkan karena bakal memperlemah penguatan pelembagaan parpol itu sendiri.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Charta Politika Indonesia pada awal Maret ini, mayoritas responden memilih partai politik tertentu karena tertarik dengan figur kunci di parpol yang bersangkutan. Seperti PDI Perjuangan misalnya. Sebanyak 57,8 persen pemilih partai berlambang banteng moncong putih ini ternyata mau memilih partai tersebut karena tertarik dengan sosok Joko Widodo (Jokowi).

“Padahal, pada survei Desember 2013 lalu, hanya 38,1 persen pemilih PDI Perjuangan yang memilih partai tersebut karena alasan yang sama,” tuturnya.

Begitu pula halnya dengan Gerindra. Sebanyak 47,9 persen pemilihnya menjatuhkan pilihan mereka kepada partai ini karena tertarik dengan figur Prabowo Subianto. Selanjutnya, 38,2 persen pemilih Partai Demokrat juga mengaku memilih partai ini karena tertarik dengan sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). “Sementara 40 persen pemilih Hanura mau memilih partai tersebut karena tertarik dengan figur Wiranto,” imbuh Yunarto.

Temuan berbeda diperoleh lembaganya pada responden yang memilih Golkar, PKB, dan PPP. Sebanyak 32,8 persen pemilih Golkar, kata dia, mau mencoblos partai ini karena menganggap parpol berlambang beringin tersebut mewakili semangat pembangunan yang diwariskan Orde Baru atau Soeharto.

Sementara, sebanyak 39,1 persen pemilih PKB mengaku memilih partai ini karena menganggap PKB mewakili aspirasi Nahdlatul Ulama (NU). “Selanjutnya, 46,2 persen pemilih PPP menjatuhkan pilihan mereka kepada partai ini karena dianggap mewakili aspirasi umat Islam.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement