REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Angka prevalensi kurang gizi pada bayi dibawah lima tahun (balita) di Kota Yogyakarta masih cukup tinggi. Menurut ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Totok Sudarso, berdasarkan laporan program gizi tahun 2013, masih banyak permasalahan gizi yang ada di kota ini.
"Diantaranya balita gizi kurang dan gizi buruk dengan prevalensi balita kurang gizi sebesar 7,33 persen," katanya dalam advokasi Penanggulangan Masalah Gizi di Kota Yogyakarta, Selasa (18/3).Kegiatan ini dihadiri para camat se Kota Yogyakarta.
Menurutnya dari angkat tersebut balita yang mengalami status gizi buruk sebanyak 0,59 persen, giizi kurang 6,75 persen, balita stunting 16,43 persen, dan kegemukan 9,42 persen. "Angka ini akan terus bertambah jika tidak ada penanganan yang melenyeluruh dan terpadu," katanya.
Sebab, balita yang mengalami masalah gizi juga bisa disebabkan karena ibu hamil yang mengalami gangguan gizi. Dimana angka anemia pada ibu hamil di Yogyakarta masih mencapai 24,11 persen. Bahkan ibu hamil kurang energy kronis (KEK) 18,15 persen.
Masalah gizi lain yang cukup penting di Yogyakarta kata dia adalah, cakupan ASI ekslusif yang masih mencapai 51,65 persen dari jumlah ibu menyusui di Yogya. Menurutnya, masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat.
Namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, karenanya pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
"Selain penanggulangan masalah gizi kurang, permasalahan gizi lebih atau obesitas seyogyanya juga patut mendapat perhatian," katanya.