Kamis 13 Mar 2014 13:18 WIB

Petani Kudus Keluhkan Kelangkaan Pupuk Urea

Produksi pupuk urea di PT Pusri.
Foto: Republika/Maspril Aries
Produksi pupuk urea di PT Pusri.

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Sejumlah petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk urea di sejumlah tempat penjual eceran di daerah setempat.

Salah seorang petani asal Desa Berugenjang, Kecamatan Undaan, Kudus, Sarmijan, di Kudus, Kamis, mengakui, sejak beberapa pekan mengalami kesulitan mendapatkan pupuk urea, meskipun sudah mencari ke sejumlah pedagang pupuk.

Padahal, kata dia, saat ini dirinya sudah melakukan pembenihan dengan usia tanaman padi sekitar 12 hari.

Seharusnya, kata dia, saat usia tujuh hari sudah harus dilakukan pemupukan, kenyataannya hingga kini belum mendapatkan pupuk urea.

"Saya juga sempat berupaya membeli pupuk bersubsidi di daerah lain, namun tidak diperbolehkan karena beda wilayah," ujarnya.

Kebutuhan pupuk saat pembenihan, kata dia, sekitar 140 kilogram untuk jenis pupuk urea.

Ia mengatakan, luas areal sawah yang hendak ditanami sekitar 3,5 hektare, sedangkan benih yang ditabur sekitar 140 kg benih tanaman padi.

Dampak tidak adanya pupuk urea, kata dia, mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi saat pembenihan tidak sempurna.

"Jika kelangkaan pupuk terus berlangsung, dikhawatirkan benih yang ada tidak cukup untuk ditanam di lahan seluas 3,5 hektare karena pertumbuhannya tidak maksimal," ujarnya.

Petani lainnya, Asrori asal Desa Undaan Kidul, Kecamatan Undaan, mengakui, kesulitan mendapatkan pupuk urea, meskipun ada informasi sudah ada droping pupuk urea sebanyak 60 ton.

Ketua Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Kecamatan Undaan, Kaspono menduga, kelangkaan pupuk di wilayah Undaan karena terkait adanya penggantian distributor pupuk.

"Permasalahan pupuk muncul justru ketika ada penggantian distributor, sedangkan sebelumnya tidak ada permasalahan," ujarnya.

Berdasarkan informasi dari produsen pupuk urea, katanya, tidak ada permasalahan dengan stok.

Informasinya, kata dia, permasalahan yang terjadi saat ini karena distributor tersebut belum berpengalaman dalam menangani distribusi pupuk bersubsidi tersebut.

"Kami mengusulkan, agar diganti dengan distributor yang benar-benar profesional dan bonafide," ujarnya.

Keterlambatan penyaluran pupuk di tingkat pengecer, katanya, berdampak pada hasil panen pada musim tanam (MT) II yang diprediksi bisa menurun hingga 30-an persen.

Biasanya, kata dia, setiap hektare tanaman padi bisa menghasilkan 6 ton gabah, akan tetapi adanya keterlambatan dalam mendapatkan pasokan hasil panennya bisa menurun menjadi 4,2 ton.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement