Rabu 12 Mar 2014 11:33 WIB

Ini Bahaya Bullying

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Bilal Ramadhan
Praktik bullying oleh siswa di sekolah (ilustrasi)
Foto: BULLY.CA
Praktik bullying oleh siswa di sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Setahun lalu aksi bullying di dunia maya membuat Bobby 'Kebo' Yoga secara nekat mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan diri ke kereta api di wilayah Yogyakarta. Event organizer acara musik itu diduga bunuh diri karena di-bully di jejaring sosial menyusul kegagalannya menyelenggarakan Lockstock Festival 2 yang diketuainya.

Pekan lalu di Solo, Bandang Kurniawan, ditemukan telah tak bernyawa di Pantai Depok Bantul. Diduga ia nekat bunuh diri karena tak mampu menahan aksi bully dari orang sekitarnya. Ia kerap dihina karena berpostur tubuh kecil dan berkulit gelap.

Muhammad Hasan, koordinator Forum Silahturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Solo Raya, mengaku sangat prihatin dengan perilaku bully. Aksi bully ini merujuk pada kekerasan dalam bentuk fisik maupun nonfisik yang dilakukan secara berulang-ulang kepada korban. ''Sekarang ini kasus bully tidak hanya terjadi di perkotaan saja tetapi juga sudah menjalar sampai ke daerah. Seperti di Solo diantaranya,'' kata dia.

Mahasiswa yang berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret ini mengatakan aksi bully ini kerap terjadi di lingkungan pendidikan. Ia menilai, perlu ada tindakan dan pendekatan keagaamaan untuk menangani permasalahan ini. ''Di saat perilaku remaja yang masih labil, aksi bullying ini tentunya sangat mengkhawatirkan,'' ujarnya.

Hasan menegaskan, para aktivis dakwah kampus sudah sewajarnya untuk menaruh perhatian yang besar terhadap ancaman bullying yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kepada instansi atau lembaga, ia juga berharap, adanya penataan ulang terhadap peraturan mengenai hubungan senioritas dan junior. ''Biasanya bully itu terjadi pada junior. Pelakunya adalah orang-orang yang lebih senior. Ancaman bully tersebut tentunya perlu diatur dengan peraturan yang jelas agar tidak memunculkan korban,'' tuturnya.

Mengutip riset dari badan amal untuk anak-anak di Indonesia, NSPCC, ditemukan gejala bully ini banyak terjadi di kalangan remaja. Dalam laporan itu disebut, satu dari lima anak yang menggunakan situs jejaring sosial memiliki pengalaman sebagai korban bully. NSPCC menyebutkan 'jumlah besar' pengguna Facebook, Twitter dan Youtube ternyata berada di bawah usia 13 tahun.

Sementara itu terkait dengan bully yang terjadi di dunia maya, Ketua Lembaga Dakwah Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (LDK UNY), Fery Subakti, mengatakan ancaman kekerasan di dunia maya sesungguhnya menjadi hal yang sangat sulit dihindari. Ia melihat begitu banyak caci maki yang kerap disampaikan kepada pihak lain melalui akun di sosial media.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement