Senin 03 Mar 2014 20:40 WIB

Bantul Kesulitan Kendalikan Kenaikan Harga Elpiji Bersubsidi

Tabung gas Elpiji ukuran tiga kilogram (ilustrasi).
Foto: sikat.or.id
Tabung gas Elpiji ukuran tiga kilogram (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kesulitan mengendalikan kenaikan harga elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram di tingkat pengecer di wilayah setempat.

"Iya, ini susah pengendaliannya (kenaikan harga elpiji) padahal ini sudah melanggar peraturan gubernur (pergub)," kata Kepala Seksi Pengembangan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Disperindagkop Bantul, saat dikonfirmasi, Senin.

Menurut dia, saat ini pada tingkat pengecer di sebagian wilayah terjadi kenaikan harga bahan bakar bersubsidi tersebut karena lonjakan permintaan dari konsumen akibat pertumbuhan rumah tangga maupun peralihan konsumen.

"Dari pangkalan elpiji ke agen saja harganya sudah tinggi, bahkan ada agen yang jual ke pangkalan dengan harga Rp13.500 sampai Rp14.000 per tabung, bagaimana dengan di tingkat pengecer," kata Subaryoto.

Sementara itu, pemilik pangkalan elpiji di Desa Selopamioro Kecamatan Imogiri, Anang Zainuddin mengatakan, sejak dua bulan terakhir terjadi lonjakan permintaan elpiji yang signifikan sehingga kuota yang diberikan agen tidak mencukupi kebutuhan konsumen.

Ia menyebutkan, rata-rata setiap seminggu sekali dirinya hanya mendapatkan sekitar 100 tabung elpiji tiga kilogram, padahal kebutuhannya lebih dari 200 tabung, sehingga pihaknya terpaksa meratakan permintaan dari pengecer dan masyarakat konsumen.

"Saya terpaksa membagi separuh untuk pengecer dan sisanya untuk masyarakat, dengan begitu masing-masing pengecer memang hanya dapat lima tabung per minggu, padahal dulu bisa lebih dari 10 tabung," katanya.

Menurut dia, pangkalan menjual elpiji tiga kilogram tersebut kepada pengecer dengan harga Rp14.500 per tabung, namun demikian jika memang ada pengecer yang menjual dengan harga Rp20.000 per tabung itu menurutnya tidak bisa disalahkan.

"Kalau mereka hanya ambil untung Rp1.000 - Rp2.000 per tabung memang tidak sebanding dengan ongkos yang dikeluarkan untuk kulakan, kan jaraknya jauh tapi hanya dapat barang sedikit," katanya.

Menurut dia, gejolak elpiji bersubsidi di masyarakat ini karena terjadi lonjakan permintaan karena pengguna elpiji tersebut beralih dari sebelumnya menggunakan 12 kilogram ke tiga kilogram akibat harga tabung 12 kilogram naik.

"Karena permintaan gas (elpiji) melonjak, sementara suplainya tetap, saya berharap mudah-mudahan segera ada kebijakan terkait hal ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement