REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengembangan dan perluasan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang diperkirakan kembali tertunda, karena belum ada kepastian waktu penandatanganan kerja sama pemanfaatan.
"Hingga saat ini belum ada kepastian waktu penandatanganan kerja sama pemanfaatan antara Direktur Utama PT Angkasa Pura I dan Panglima Kodam IV/Diponegoro sebagai tahap awal pengembangan serta perluasan bandara," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Jawa Tengah Urip Sihabudin di Semarang, Minggu.
Ia mengatakan masih menunggu kabar dari PT Angkasa Pura I terkait dengan waktu pelaksanaan penandatanganan kerja sama pemanfaataan yang semula direncanakan pada Senin (3/3).
"Kelihatannya penandatanganan kerja sama pemanfaatan tidak jadi besok (Senin, red), tapi alasan detil penundaan karena apa, saya belum tahu, karena PT Angkasa Pura yang tahu persis," ujarnya.
Urip menjelaskan jika penandatanganan kerja sama pemanfaatan bandara bisa dilaksanakan lebih cepat, maka pengembangan serta peluasanan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dapat segera dimulai.
"Lelang pekerjaan pengembangan bandara sudah diputuskan pemenangnya dan akan diumumkan usai penandatanganan kerja sama pemanfaatan, sehingga proses pekerjaan atau 'ground breaking' bisa segera dimulai," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa PT Angkasa Pura I meminta waktu untuk menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) sebelum penandatanganan kerja sama pemanfaatan bandara yang merupakan awal dimulainya pengembangan serta perluasan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang.
"Saya meminta kepada PT Angkasa Pura agar RUPS secepatnya dilaksanakan sehingga tidak mengganggu proses 'ground breaking' bandara," ujar politisi PDI Perjuangan itu.
Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang mencapai titik terang setelah terbit surat dari Kementerian Keuangan pada 21 Februari 2014 terkait dengan jumlah penerimaan negara dan pemanfaatan aset.
Ada perubahan proposal pengembangan bandara yang semula menggunakan lahan milik TNI Angkatan Darat seluas 67 hektare itu bertambah sekitar 20 hektare.
Mengenai jumlah angka kontribusi tetap terkait dengan pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani, Ganjar mengaku belum mengetahui.
"Itukan urusannya tidak ke saya tapi urusannya antara Angkasa Pura dengan Angkatan Darat yang kemudian masuk ke negara," katanya.
Seperti diwartakan, saat ini proyek pembangunan jalan alternatif menuju Bandara Ahmad Yani dari Sungai Siangker Semarang menuju lapangan parkir terminal baru bandara sudah memasuki tahap terakhir dan rencana pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang yang membutuhkan anggaran Rp1,14 triliun.
Tahap pertama proyek sudah dikerjakan tahun 2011 (anggaran dari APBD Perubahan Pemerintah Provinsi Jateng 2011 sebesar Rp4 miliar). Kemudian, tahap kedua pada tahun 2012 menggunakan APBD 2012 Pemprov Jateng dengan anggaran Rp14 miliar dan tahap ketiga total anggaran Rp74,3 miliar (pembagian anggaran Rp51 miliar Pemprov Jateng dan Rp23,3 miliar Pemkot Semarang).
Tahap terakhir tahun 2013 dengan nilai proyek Rp58,5 miliar menggunakan anggaran dari Pemprov Jateng sebesar 75 persen dan sisanya Pemkot Semarang sebanyak 25 persen.
Jalan akses bandara sepanjang 1.336 meter tersebut (sisi utara 500 meter dan sisi selatan 700 meter) dengan lebar 15 meter per sisi tersebut dibangun dengan pembuatan konstruksi, podasi tiang pancang beton, dan pelat beton.
Tujuan awal pembangunan jalan alternatif yang dilakukan pemerintah tersebut, yakni agar dapat memecah kemacetan, mendukung akses serta mempermudah kelancaran pengembangan terminal baru Bandara Ahmad Yani Semarang.