Sabtu 01 Mar 2014 09:00 WIB

Pencemaran Citarum Ancam Operasional PLTA

Air bercampur limbah keluar dari sebuah selokan yang bermuara ke Sungai Citarum di daerah Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Rabu (26/2).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Air bercampur limbah keluar dari sebuah selokan yang bermuara ke Sungai Citarum di daerah Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Rabu (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Kondisi Sungai Citarum yang makin memburuk akibat pencemaran mengancam operasional pembangkit listrik tenaga air di kawasan Jawa Barat karena memanfaatkan energi air Sungai Citarum sebagai tenaga penggerak turbin.

"Kualitas air Sungai Citarum dari waktu ke waktu mengalami degradasi kualitas menjadi permasalahan karena kerap mengganggu peralatan PLTA," kata General Manager Unit Bisnis Pembangkitan PLTA Saguling PT Indonesia Power Del Eviondra dalam acara kunjungan wartawan di PLTA Bengkok dan Dago, Bandung, Jumat.

Ia mengatakan bahwa buruknya kualitas air Sungai Citarum menyebabkan peralatan PLTA mengalami korosi terutama mesin yang berbahan metal. Akibatnya, pemeliharaan harus ditingkatkan yang artinya selain menguras biaya dan waktu juga berdampak pada kapasitas produksi.

"Dampak kualitas air yang makin buruk menjadikan mesin cepat korosi, terutama yang metal sehingga pemeliharaan harus ditingkatkan, serta biaya, dan waktu sehingga mengurangi jam operasi," jelasnya.

"Fungsi pendingin generator yang memakai air Sungai Citarum juga berkurang karena kualitas air turun, mesin harus setop untuk dibersihkan," tambahnya.

Menurut Eviondra, kualitas air Sungai Citarum sudah masuk golongan D atau tidak layak minum akibat limbah industri, batu bara, dan rumah tangga. Hal ini diperkuat dengan hasil laboratorium dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung yang telah melakukan riset serta beberapa LSM.

"Dari Unpad pernah melakukan pemeriksaan riset bahwa tingkat air di Sungai Citarum sudah sangat tidak layak lagi dikonsumsi," ujar Eviondra.

Ia mengatakan bahwa sampah dan gulma yang menumpuk di waduk juga meningkat tajam.

Sedimentasi yang masuk ke waduk, lanjutnya, cukup tinggi. Pada PLTA Saguling tercatat sedimentasi diatas 4.000.000 meter kubik per tahun, PLTA Cirata diatas 7.000.000 meter kubik per tahun, dan PLTA Jatiluhur 7.000.000 meter kubik per tahun.

"Perubahan tata ruang atau pengembangan perumahan dan lingkungan di sekitar PLTA juga memburuk karena ruang hijau makin sempit," tambahnya.

Berbagai upaya pun telah dilakukan agar kualitas air Sungai Citarum bisa lebih baik. Indonesia Power, kata Eviondra, telah melakukan kegiatan penyelamatan Citarum bersama LSM dan organisasi lain, menggelar seminar, serta penghijauan.

Selain itu juga dilakukan pembinaan pemulung bekerja sama dengan koperasi untuk mengumpulkan sampah plastik di Sungai Citarum yang nantinya akan dicacah untuk didaur ulang serta melakukan kegiatan pembersihan gulma dan eceng gondok bersama masyarakat.

"Pemerintah juga sudah turun tangan untuk menyelamatkan Sungai Citarum, semoga bisa bersih lagi," ujarnya.

Sebanyak tiga PLTA di Jawa Barat dikelola PT Indonesia Power, antara lain PLTA Jatiluhur berkapasitas 180 megawatt, PLTA Saguling berkapasitas 700 megawatt, dan PLTA Cirata berkapasitas 100 megawatt. Dari hasil tiga PLTA ini menghasilkan listrik 4000 megawatt per tahun atau setara dengan 1,3 juta ton per tahun pembangkit dari BBM atau 15 triliun bahan bakar.

"PLTA merupakan pembangkit yang sangat efisien dan mendukung PLN dalam menyediakan listrik yang handal dan efisien serta murah," jelas Eviondra.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement