REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tingkat pencemaran air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, hingga saat ini, terus mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi seiring dengan terus digalakkannya program Citarum Harum yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Prima Mayaningtias, semenjak Perpres tersebut disahkan dan program Citarum Harum berjalan, berbagai upaya pengendalian kerusakan sungai telah berjalan secara efektif. Karena, setidaknya ada 13 program yang menjadi fokus pekerjaan untuk menyelesaikan sengkarut pencemaran DAS Citarum dari hulu ke hilir.
"Kita sudah membuat rencana aksinya, dan itu didasari dari kondisi Sungai Citarum di awal yang masih sangat kotor. Semua rencana aksi sudah dilaksanakan di 2019 dan tahun ini," ujar Prima di Bandung, Selasa (29/9).
Prima menjelaskan, sejumlah program yang telah dan masih terus terlaksana. Yakni, meliputi penanganan lahan kritis, penanganan limbah industri, penanganan limbah peternakan, penanganan air limbah domestik, pengelolaan sampah hingga penataan keramba jaring apung.
Selain itu, kata dia, dilakukan pula pengendalian pemanfaatan ruang, penegakan hukum, pemantauan kualitas air, pengelolaan Sumber Daya Air, hingga edukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan penerapan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS).
"Hasilnya, walaupun di 2020 ada refocusing anggaran besar-besaran karena Covid-19, sudah ada perkembangan secara signifikan. Bagaimana penanganan sedimentasi, erosi hingga normalisasi sungai sudah dilakukan. Juga edukasi masyarakat terkait pembuangan sampah dan Keramba Jaring Apung (KJA)," paparnya.
Menurutnya, bila dilihat dari online monitoring system yang dimiliki Jabar, kondisi Sungai Citarum saat ini sudah mengalami banyak peningkatan termasuk dari aspek kualitas airnya. "Hal ini juga dipengaruhi Covid-19 yang banyak membuat aktivitas industri terhenti," katanya.
Dikatakan Prima, berbeda dengan kondisi Sungai Citarum dalam hampir satu dekade ke belakang, dimana predikat salah satu tempat terkotor di dunia sempat disematkan. Saat ini, sungai yang mengairi puluhan juta orang di 13 kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali tersebut perlahan berprogres menuju kondisi yang lebih baik.
Prima menuturkan, parameter Chemical Oxygen Demand (COD) yang menunjukan angka pencemaran industri menunjukan adanya penurunan yang cukup signifikan di 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari data yang didapat di sejumlah daerah lintasan Sungai Citarum kawasan industri seperti Cisirung dan Nanjung, Kabupaten Bandung.
"COD tahun ini jauh menurun, nilainya sudah tidak jauh berbeda dari standar baku mutu," katanya.
Hal serupa juga, kata dia, terjadi di level pencemaran yang dihasilkan oleh limbah domestik atau Biological Oxygen Demand (BOD). Data DLH Jabar menunjukan adanya penurunan pencemaran Sungai Citarum dari limbah domestik dari 2019 ke 2020. Selain itu, tingkat erosi juga mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun lalu. Hal ini terukur dalam Total Suspended Solid (TSS).
"Yang masih cukup tinggi adalah total bakteri E.Coli yang berasal dari limbah hewan ternak dan manusia. Angkanya menurun bila dibandingkan dengan sebelum 2020, tapi masih relatif tinggi. Hal ini menunjukan sanitasi masih harus menjadi perhatian," katanya.
Senada dengan Prima, Dan Sektor 7 Satgas Citarum Harum Kolonel Purwadi mengatakan, dua tahun setelah program Citarum Harum dicanangkan, kondisinya semakin membaik walaupun belum 100 persen selesai. Berbagai sumber pencemaran satu-persatu dibereskan oleh Satgas Citarum Harum.