REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat disarankan untuk tidak memilih politisi yang berkicau di media sosial tanpa melakukan aksi nyata di lapangan. Upaya membangun pencitraan memang dibutuhkan, namun terpenting adalah menciptakan konsep aksi yang melekat di benak masyarakat.
Politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, mengatakan politisi itu mempunyai siklus yang sama dimana mereka harus melakukan fakta. Lalu, bercerita atas apa yang mereka kerjakan melalui sebuah buku atau media narasi lainnya.
“Tapi di era sekarang, fakta dan narasi tidak efektif seperti dulu. Politisi harus membuat aksi atas dirinya. Jadi, kalau mereka hanya narasi di media sosial, lebih baik jangan dipilih,” kata Budiman dalam diskusi 'Berperang Citra di Media Sosial', di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (22/2).
Anggota Komisi II DPR RI ini menambahkan pihaknya sangat terbantu dengan adanya media sosial. Dia memanfaatkan akses tersebut sebagai alat untuk berkomunikasi dengan konstituennya. Banyak pesan yang bisa segera disampaikan, sehingga muncul interaksi.
“Di sanalah politisi bisa menyuarakan aspirasi masyarakat. Kalau mereka hanya ngetwit, itu namanya broadcaster, bukan agent of change,” ujarnya.