REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Kurang tidur dan terlalu stres memikirkan nasib rumah dan lahan pertanian mereka luluhlantak mengakibatkan pengungsi Kelud mengalami hipertensi.
Berdasarkan informasi dari Posko Kesehatan Pusdokkes Mabes Polri di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, jamak pengungsi yang mengalami gangguan kesehatan ini.
“Umumnya pengungsi berusia 30 tahun ke atas, yang dilayani di posko kesehatan kami mengalami hipertensi,” kata dr Andre Wongso, petugas Posko Kesehatan Pusdokkes mabes Polri, Sabtu (22/2).
Pascakepulangan pengungsi dari sejumlah penampungan sementara di Pare ke Desa Puncu, posko layanan kesehatannya terus disiagakan hingga pukul 19.00 malam.
Para pengungsi di wilayah bencana primer di Kecamatan Puncu, seperti Desa Puncu dan Desa Asmorobangun telah menjalani pemeriksaan di posko kesehatan ini.
Umumnya gangguan pada pengungsi dewasa adalah infeksi saluran pernafasan akut (ispa) dan infeksi saluran pencernaan akibat keterbatasan air bersih pascaerupsi Kelud.
Namun, kasus hipertensi para pengungsi juga menonjol. “12 dari 20 pengungsi yang memeriksakan kesehatan di posko ini megalami hipertensi,” katanya.
Salah satu penyebabnya, masih jelas Andre, karena pengungsi jamak kurang tidur selama berada di tempat penampungan sementara.
Selain itu, mereka juga terlalu mencemaskan kondisi tempat tinggal serta ladang yang rusak dan tak dapat dinikmati hasilnya akibat dampak material vulkanis.