Jumat 21 Feb 2014 13:24 WIB

Ribuan Warga DIY Terdampak Abu Vulkanik Terus Bertambah

Rep: Yulianingsih/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pengungsi Gunung Kelud
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pengungsi Gunung Kelud

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Meskipun DI Yogyakarta (DIY) sudah diguyur hujan tiga kali pascahujan abu vulkanik Gunung Kelud, Kamis (13/2) lalu, namun hingga saat ini masalah abu vulkanik di DIY masih menjadi ancaman. Pasalnya, kandungan abu vulkanik di udara Kota Yogyakarta masih melebih ambang batas dan berbahaya bagi kesehatan warga setempat.

Kepala Dinas Kesehatan DIY Arida Oetami mengatakan, berdasarkan data hingga Kamis (19/2) di DIY ditemukan 1.315 kasus infeksi saluran pernasafan, 165 kasus iritasi mata, dan 115 kasus radang tenggorokan akibat abu vulkanik ini. "Kalau belum juga berkurang maka jumlah ini dimungkinkan akan terus bertambah," katanya, Jumat (21/2).

Kasie data dan informasi BMKG Yogyakarta, Tony Agus Wijaya mengatakan, pihaknya tidak berwenang untuk melakukan hujan buatan di wilayah Yogyakarta untuk mengurangi bahaya abu vulkanik. "Itu bukan kewenangan kami," katanya. Namun kata dia, secara umum wilayah DIY masih berada di musim hujan. Pergantian musim kemarau baru akan terjadi pada April mendatang. Karenanya curah hujan masih sangat dimungkinkan ada di wilayah Yogyakarta. "Masalahnya, meski sudah diguyur hujan namun tidak merata di seluruh DIY," katanya.

Saat ini curah hujan di wilayah Yogyakarta sendiri cenderung normal. "Kemarin kita sempat senang karena ada bibit badai di dekat Australia. Namun sayang ada perubahan pola angin sehingga tidak berimbas pada penambahan curah hujan di Yogya.Apalagi ini mendekati pancaroba maka angin akan cenderung kencang dan debu akan semakin beterbangan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement