Jumat 21 Feb 2014 08:48 WIB

Saluran Irigasi Terhambat Abu Vulkanik

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Muhammad Fakhruddin
Suasana aliran Kali Sembong seusai diterjang aliran lahar dingin, Gunung Kelud di kawasan desa Pandansari, Kec. Ngantang Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (19/2).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Suasana aliran Kali Sembong seusai diterjang aliran lahar dingin, Gunung Kelud di kawasan desa Pandansari, Kec. Ngantang Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (19/2).

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- ''Jangan buang pembersihan abu vulkanik ke sungai,'' pinta Harjaka Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (Kabid SDA DPU) Kabupaten Klaten, Jum'at (21/2).

Permintaan Harjaka itu, lantaran sekitar 50 persen saluran irigasi yang ada di Kabupaten Klaten ini terganggu oleh tebalnya lumpur abu vulkanik erupsi Gunung Kelud. Dampak selanjutnya, aliran air menjadi terhambat. Ini semua terjadi, karena dampak sedimentasi abu vulkanik yang cukup tebal.

Harjaka mengungkapkan, ''sedimentasi terjadi hampir di seluruh saluran irigasi di Kabupaten Klaten. Berdasar catatan Kabid SDA DPU Kabupaten Klaten, panjang saluran irigasi induk primer ada sekitar 43.000 Kilometer. Sedang saluran irigasi sekunder panjang sekitar 483.000 Km''.

Walau demikian, Kabid SDA DPU tidak memiliki data resmi berapa total panjang saluran irigasi tersier dan kuarter yang mengarah ke lahan pertanian. Harjaka memperkirakan, kedua tipe saluran irigasi tersebut lebih panjang dari pada primer dan sekunder.

Dari jumlah panjang saluran irigasi tersebut, kata Harjaka, pelayanan aliran air pada saluran irigasi tersebut hanya optimal 50 persen. Tidak optimalnya aliran irigasi itu, disebabkan saluran terkena sedimentasi abu vulkanik dampak hujan abu Gunung Kelud, Jum'at (14/2) lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement