REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Jakarta, Burhanuddin Muhtadi, menilai pemilih pada Pemilu 2014 akan lebih melihat nama tokoh dibandingkan partai politik.
"Pemilih tidak akan melihat partainya, tapi tokoh-tokoh yang dikenal di partai tersebut. Sebenarnya ini yang menjelaskan Demokrat pada 2009 dulu menang karena SBY," katanya dalam diskusi publik peluncuran buku bertema 'Membuka Peta Pertarungan Politik 2014' di Jakarta, Kamis.
Hal ini setidaknya mengkonfirmasi survei masih tinggi keinginan publik untuk mengikuti pemilu 2014, sementara kepercayaan terhadap partai politik merosot.
Publik, menurut dia, masih percaya untuk memilih karena adanya tokoh-tokoh baru yang muncul. Hal itu seperti memberi harapan baru.
"Untungnya ada Jokowi, Risma, Ganjar dan Ridwan yang memberi harapan baru," katanya.
Dia memperkirakan partisipasi masyarakat pada pemilu 2014 setidaknya tidak lebih buruk dibandingkan 2009. "Bila 1998 partisipasi 92 persen, 2004 partisipasi 84 persen dan 2009 sebesar 70 persen, 2014 akan lebih tinggi atau setidaknya tidak lebih jelek," katanya.