REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Warga yang tinggal di radius kurang dari 10 kilometer dari puncak Gunung Kelud mulai beraktivitas di lingkungan rumah. Mereka mulai meninggalkan posko pengungsian dan kembali berjualan.
Pantauan Republika di Dusun Margomulyo, Desa Sugih Waras, Kecamatan Ngancar, pertokoan sudah mulai buka. Warga yang tinggal di wilayah radius sembilan kilometer dari puncak Gunung Kelud mulai berjualan buah lokal seperti durian dan nanas. Buah-buah lokal dijual di pinggir jalan raya.
Papan larangan zona berbahaya masih dipasang di jalan umum sekitar Dusun Margomulyo. Namun, warga tampak mengacuhkan larangan tersebut.
Salah satu warga, Rohmat, 34 tahun, yang sudah berjualan durian di kawasan wisata Gunung Kelud Kecamatan Ngancar, mengaku sudah kembali ke rumah dari pengungsian. Dia menilai Gunung Kelud sudah aman karena tidak lagi mengeluarkan abu vulkanik membuatnya yakin kondisi aman.
"Kemarin malam saya sudah tidur di rumah," kata dia saat ditemui Republika, Selasa (18/2).
Dewi (25 tahun) warga Dusun Mulyorejo juga telah memulai aktivitasnya berjualan bakso di kawasan wisata. Dia mengaku hanya berada di posko pengungsian sehari.
Dewi mengaku tidak berjualan bakso sejak 1 Februari karena kawasan wisata ditutup. Meski sudah kembali berjualan, Dewi tidak menjual bakso sebanyak sebelumnya.
"Hari ini hanya buat bakso 1 kg, biasanya 2 kg," ungkapnya.
Di sisi lain, erupsi Gunung Kelud membuat warga Margomulyo kehilangan pendapatan ekonomi. Narsih, 35 tahun, mengaku 30 ribu tanaman nanasnya rusak karena tertutup material vulkanik Kelud. "Nanas sudah tidak bisa tumbuh," ungkapnya.
Narsih juga tidak lagi tinggal di posko pengungsian di Polres Kota Kediri. Dia mengaku enggan kembali ke pengungsian karena butuh biaya transportasi. Narsih mengaku enggan kembali ke pengungsian meski diminta petugas.