REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Letusan Gunung Kelud pada 1901 tandai lahirnya "Putra Sang Fajar, Soekarno, yang kelak menjadi proklamator dan bapak pendiri bangsa (the founding father) Republik Indonesia (RI).
Erupsi gunung Kelud terjadi pada tengah malam, 22 - 23 Mei 1901, selama sekitar dua jam. Letusan itu terus meningkat pada pukul 03.00 dini hari. Bunyi letusan itu terdengar sampai Pekalongan.
Akibat letusan dahsyat itu, awan panas menyerang wilayah Kediri, sementara hujan abu telah mengguyur beberapa daerah lainnya.
Erupsi Gunung Kelud tahun 1901 itu tercatat sebagai letusan dahsyat pertama Gunung Kelud di awal abad ke 20. Sekitar dua pekan pasca letusan Gunung Kelud, tepatnya pada 6 Juni 1901, lahirlah seorang bayi laki-laki mungil bernama Koesno, lengkapnya Koesno Soesrodihardjo.
Bayi mungil ini lahir dari pasangan suami-istri Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Koesno pun berganti nama menjadi Soekarno, pada usia lima tahun, karena sering sakit-sakitan.
Kelak setelah dewasa, bayi mungil itulah yang menjadi Bapak Pendiri Bangsa (The Founding Father), proklamator dan Presiden Pertama RI.Bung Karno disebut juga sebagai "Putra Sang Fajar" karena ia dilahirkan tepat pukul 05.30, tepat ketika fajar terbit.
Ibunda Soekarno, Ida Ayu Nyoman Rai, pun pernah berkata: "Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar menyingsing. Kita orang Jawa mempunyai kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu ! Jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa engkau ini pitra sang fajar".
Informasi ini diperoleh dari buku berjudul: "The X Files of Bung Karno, Membongkar Fakta yang Belum Terungkap," dan ditulis oleh Nor Islafatun. Tepatnya, pada Bab 1 halaman 11 dan 17.