REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pascabanjir, petani di wilayah golongan air tiga dan empat Karawang, Jawa Barat, masih kesulitan untuk tanam ulang. Selain karena kesulitan membeli benih akibat modal terkuras habis gara-gara banjir, petani juga masih was-was takut terjadi banjir susulan.
Ayom Karyoman (50 tahun), petani asal Desa Pancakarya, Kecamatan Tempuran, mengatakan, saat ini petani belum bisa tanam ulang. Karena, modalnya sudah tak ada. Tak hanya itu, bantuan benih sampai saat ini belum juga turun. "Padahal, bantuan ini sangat dibutuhkan petani," ujarnya, Rabu (12/2).
Minimal, kebutuhan petani bisa terminimalisasi bila sudah ada bantuan benih. Selain itu, saat ini petani juga masih was-was. Sebab, takut terjadi banjir susulan. Mengingat, sampai saat ini hujan masih sering turun.
Sebenarnya, lanjut Ayom, keinginan petani untuk tanam ulang sudah sangat besar. Namun, masih terbentur dengan ketiadaan modal. Minimalnya, modal untuk tanam ulang ini harus ada Rp 3 juta per hektare. Yaitu, untuk pembelian benih dan membayar buruh tani. "Untuk beli benih saja, sampai Rp 750 ribu per hektare," ujarnya.
Sementara itu, Ketua HKTI Kecamatan Tempuran, Ijam Sujana, mengatakan, untuk bantuan benih pemerintah datangnya memang selalu telat. Padahal, bencana banjir selalu ada setiap tahun. Tetapi, bantuannya datang ketika petani memasuki musim tanam gadu. "Seharusnya, pemerintah sudah bisa antisipasi. Sebab, bencana banjir selalu ada setiap tahun," ujarnya.
Ketika petani dilanda bencana banjir, lanjut Ijam, bantuan itu harus sudah tersedia. Jangan sampai petani kesulitan akibat banjirnya di awal tahun, tapi bantuannya turun di pertengahan tahun. "Jadi, bantuan ini tetap tak bisa diharapkan," jelasnya.