Senin 10 Feb 2014 06:38 WIB

Ini Cara Penanganan Flu Burung

Rep: Rr. Laeny Sulistywati/ Red: Bilal Ramadhan
Warga bermasker keluar dari rumah korban terduga terinfesi virus AI (avian influenza) atau flu burung di RW 6, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (9/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Warga bermasker keluar dari rumah korban terduga terinfesi virus AI (avian influenza) atau flu burung di RW 6, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (9/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN- Warga di Sragen, Jawa Timur dikhawatirkan akan tertular penyebaran flu burung yang telah membuat sebanyak 3.455 ekor itik atau bebek mati. Ini cara penanganan flu burung berdasarkan pakar flu burung dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

"Virus ini berperilaku bukan untuk membunuh tetapi memperbanyak diri. Virus AI ingin mempertahankan hidup namun tidak mempunyai kelengkapan tubuh, sehingga virus AI menumpang di tubuh hewan seperti bebek," kata Ketua Avian Influenza-Zoonosis Research Center (AIRC)-Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Dr CA Nidom kepada Republika, Ahad (9/2) lalu.

Langkah pertama penanganannya adalah dengan mengevaluasi cara penanganan dan pengendalian virus AI. Untuk memberantas virus AI maka dibutuhkan upaya pengendalian dengan mengikuti perilaku atau karakteristik virus itu.

Dengan mengetahui karakteristik virus AI, dia melanjutkan, peternak dapat langsung mengetahui penyebaran virus AI dan kemudian melapor ke dinas peternakan setempat. Jika penyebaran virus AI sudah diketahui sejak awal, maka penanganannya semakin mudah.

Langkah kedua, mengubur bangkai hewan yang terkena virus AI. Kedalaman kuburan yang ideal sedalam satu meter. Ia menawarkan, sampel bangkai hewan itu dapat dikirim ke pihaknya untuk mengetahui secara pasti jenis virus AI.

Sementara hewan yang tersisa, dia menambahkan, idealnya dibunuh. Namun mengingat kerugian materi yang diderita peternak jika hewan itu dibunuh, ia memberi masukan bahwa hewan yang masih sehat harus dikarantina di satu tempat. Karantina harus dilakukan minimal selama sebulan.

Ia berharap Dinas Peternakan setempat melakukan karantina hewan yang masih sehat dan menerapkan vaksinasi untuk hewannya serta memberikan desinfektan di kandangnya. Selain itu, hewan itu harus diberikan makanan yang baik. Sistem pertahanan tubuh hewan tersebut juga harus dijaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement