REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Satgas Evakuasi Bencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus melakukan pencarian korban runtuhan tambang batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat. Dilaporkan, tim telah berhasil mengevakuasi empat korban dan saat ini tersisa satu korban. Seluruh korban yang ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia dan proses pencarian akan terus dilakukan Tim Satgas Evakuasi.
Kementerian ESDM melansir, pada 24 Januari 2014 pukul 11.28 WIB, Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah (BDTBT), Kementerian ESDM menerima laporan terjadinya bencana runtuhan tambang yang diiringi dengan terbakarnya gas CH4 pada terowongan no.3. Saat kejadian terdapat lima orang pekerja yang sedang melakukan aktivitas di dalam terowongan produksi dengan tiga orang sedang melakukan aktivitas di terowongan utama no 3.
Setelah terjadi runtuhan, empat orang yang berada di dalam terowongan produksi terjebak runtuhan sedangkan satu orang yang berada di dekat persimpangan terowongan produksi dan terowongan utama no 3 terlempar dan meninggal di lokasi kejadian.
Wakil Ketua Evakuasi, Badan Diklat Tambang Bawah Tanah, Kementerian ESDM, Darius Agung Prata tiga orang yang sedang melakukan pekerjaan perawatan terowongan, terhindar dari hempasan udara karena sempat berlindung di belakang lori.
‘’Kementerian ESDM selaku institusi teknis yang membawahi pertambangan, segera mengirimkan tim investigasi dan evakuasi ke lokasi bencana. Tim dari Direktorat Jenderal Mineral Dan Batubara segera mengirimkan tiga orang inspektur tambang untuk proses investigasi, sedang BDTBT mengirimkan empat orang tenaga ahli untuk membantu proses evakuasi bergabung dengan Tim Satgas Evakuasi,’’ kata dia, Senin (3/2).
Tim Satgas Evakuasi yang terdiri dari Badan Sar Nasional (Basarnas), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Disperindagkopnaker kota Sawah Lunto, rescue gabungan dari perusahaan di Sawah Lunto dan Tim dari Kementerian ESDM segera melakukan proses evakuasi. Hingga 31 Januari 2014, dari lima pegawai yang terjebak dalam runtuhan, empat pegawai meninggal dunia dan sisanya satu belum ditemukan.
Agung menjelaskan, meski saat ini belum didapatkan kesimpulan mengenai penyebab pastinya, namun menurutnya, penyebab bencana adalah akibat terjadinya runtuhan didalam area tambang yang disertai dengan terbakarnya gas CH4 pada terwongan no 3.
“Tambang yang runtuh ini berada di dalam Izin Usaha Pertambangan PT Dasrat Sarana Arang Sejati Desa Batu Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Tambang ini merupakan tambang batubara yang dalam produksinya menggunakan metode penambangan bawah tanah. Dalam melakukan kegiatan operasi produksinya dibantu oleh CV Kutalaga Citra Jasa yang merupakan perusahaan berizin Usaha Jasa Pertambangan,“ ujar dia.
Agung berkata, belajar dari kecelakaan tambang tersebut, semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penambangan bawah tanah harus lebih memperhatikan sisi teknis pengoperasian tambang bawah tanah. Selain itu juga mengikuti kaidah-kaidah penambangan yang benar, dan juga berupaya meningkatkan terus standar standar kerja