REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyatakan bahwa banjir masih menggenangi sembilan desa meskipun ketinggian air mulai surut.
"Hingga saat ini, ketinggian air mulai surut, rata-rata 30 centimeter namun masih menggenangi sembilan desa di dua kecamatan," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Supriyanto didampingi Kepala Unit Pelaksana Teknis BPBD Wilayah Sidareja Agus Sudaryanto, di Sidareja, Cilacap, Rabu.
Sembilan desa yang masih tergenang banjir, yakni Tinggarjaya, Sidamulya, Sidareja, Gunungreja, Sudagaran, dan Tegalsari, Kecamatan Sidareja, serta Rejamulya, Bangunreja, dan Ciklapa, Kecamatan Kedungreja.
Dia mengatakan bahwa hingga Rabu siang, para pengungsi masih bertahan di dua lokasi pengungsian, yakni aula Koramil Sidareja dan gudang milik Toko Slamet.
"Kami menyarankan mereka untuk tidak terburu-buru meninggalkan pengungsian sebelum banjir benar-benar surut sehingga rumah mereka siap ditempat. Jumlah pengungsi masih tetap, yakni sebanyak 45 keluarga yang terdiri 155 jiwa," katanya.
Disinggung mengenai areal persawahan yang terendam banjir, dia memperkirakan luasannya mencapai 70 hektare.
"Kemungkinan tanaman padi itu tidak sampai puso jika hanya terendam selama satu hingga dua hari karena usia tanamannya sudah lebih dari satu bulan. Hanya saja, produktivitasnya kemungkinan akan turun," katanya.
Seperti diwartakan, banjir yang menggenangi sembilan desa tersebut terjadi sejak hari Senin (27/1), pukul 22.00 WIB, akibat hujan hujan lebat yang terjadi sejak Senin sore serta limpasan air Sungai Cibereum yang tidak mampu masuk ke Segara Anakan karena adanya pendangkalan di laguna itu.
Banjir itu merendam sedikitnya 740 rumah yang tersebar di sembilan desa dan mengakibatkan 155 jiwa mengungsi.