REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pengamat ekonomi Uiversitas Indonesia (UI) Rizal E Halim mengatakan keputusan pemerintah meminta Pertamina meninjau kembali kenaikan harga elpiji tabung isi 12 kilogram, patut diapresiasi sebagai bentuk empati kepada masyarakat.
"Ini merupakan bentuk empati yang dibutuhkan masyarakat khususnya di tingkat akar rumput," kata Rizal di Depok, Jawa Barat, Senin.
Ia mengatakan respon pemerintah yang meminta Pertamina meninjau kembali kenaikan harga gas perlu disambut positif dan didukung mengingat beban masyarakat di 2014 tidak sesedehana tahun-tahun sebelumnya.
Rizal berharap berbagai pihak tidak membawa permasalahan tersebut ke arah politik dan tidak dipelintir kemana-mana hanya karena kepentingan sesaat.
"Keputusan tersebut jangan dipolitisasi, diplesetkan dan juga berandai-andai, ataupun berhalusinasi karena bentuk spekulasi demikian hanya mencerminkan ketidakmatangan dan rendahnya kualitas kepribadian," ujarnya.
Ia mengatakan saat ini rakyat membutuhkan kebijakan yang tidak membebani kehidupan mereka sehingga keputusan peninjauan kenaikan harga tersebut menjadi sangat penting bagi masyarakat.
Rizal Halim menyesalkan adanya mantan pejabat yang mulai memancing di air keruh terkait harga elpiji non subsidi 12 kilogram itu.
Ia mengajak semua pihak mengedepankan kepentingan masyarakat secara lebih luas jangan cuma mementingkan diri sendiri atau kelompok.
"Peninjauan kembali harga gas harus kita dukung dan upayakan membuahkan hasil yang dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat banyak khususnya yang sensitif terhadap perubahan harga," kata Rizal.