REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengungkapkan kerugian materi akibat bencana alam selama 2013 mencapai Rp23 miliar.
"Kerugian bencana tahun ini hampir Rp23 miliar, sebagian besar atau hampir 60 persennya akibat bencana tanah longsor," kata Kepala BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Kundang Sodikin melalui telepon seluler, Rabu.
Ia menuturkan bencana alam seperti tanah longsor menimbulkan kerugian materi cukup besar karena menyebabkan rumah beserta isinya rusak tertimbun tanah.
Bencana longsor, kata dia, cukup banyak terjadi di sejumlah daerah rawan longsor di antaranya Kecamatan Salawu, Cigalontang, Puspahiang, Bojonggambir dan wilayah selatan Tasikmalaya.
"Selama kejadian bencana alam ini hanya menimbulkan kerugian materi saja, tidak sampai menimbulkan korban jiwa," kata Kundang.
Ia mengungkapkan kerugian materi yang ditimbulkan bencana itu tidak dapat ditangani sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya karena keterbatasan anggaran.
Ia menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya hanya menyiapkan dana untuk tanggap bencana alam sebesar Rp3 miliar tahun 2013, angka yang cukup jauh dari nilai kerugian yang dibutuhkan.
"Masih jauh dari cukup, kita hanya memiliki anggaran tanggap bencana Rp3 miliar saja, tidak mencukupi seluruh risiko dan kebutuhan penanggulangan bencana yang terjadi," katanya.
Meskipun terbatas anggaran, kata Kundang, BPBD Tasikmalaya tetap berusaha melakukan penaggulangan tanggap bencana alam dengan dibantu anggaran dan peralatan dari BPBD Provinsi Jawa Barat dan BNPB pusat.
Adanya bantuan tersebut, menurut dia, BPBD Tasikmalaya mampu melakukan penanggulangan tanggap darurat dari berbagai kejadian bencana alam.
"Kabupaten Tasikmalaya saat ini mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sebagai daerah rawan bencana, kita juga terus siaga bersama dengan relawan," kata Kundang.