Rabu 25 Dec 2013 01:01 WIB

Mensos: PKH Berhasil Percepat Pencapaian MDGs

Rep: riga/ Red: Djibril Muhammad
Mensos, Salim Segaf Al Jufri
Mensos, Salim Segaf Al Jufri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi program unggulan di 2014. Sebab, PKH dinilai berhasil memberikan kontribusi pada pencapaian Millennium Development Goals atau MDGs.

"PKH berhasil, dalam arti kata tidak ada lagi anak yang tidak sekolah di daerah penerima," ujar Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri, dalam acara Refleksi 2013 dan Ekpektasi 2014, di Kantor Kemensos Jakarta, Selasa (24/12).

Keberhasilan lainnya terlihat pada meningkatnya sarana dan prasana kesehatan seperti posyandu dan puskesmas. Akibatnya, angka kematian ibu dan kematian anak menurun.

Di samping itu ada perubahan karakter ibu yang menginginkan anaknya tidak boleh miskin dan harus sehat serta terdidik.

Indikator pada bidang pendidikan dan kesehatan ini menjadi penentu pencapaian target MDGs. Sehingga bisa dikatakan hampir setengah dari target MDGs merupakan kontribusi PKH.

Diakui Salim, pada 2013 ini anggaran Kemensos sebagian besar disalurkan untuk PKH. Dari anggaran sebesar Rp 5,6 triliun, sebesar Rp 3,4 triliun di antaranya diperuntukkan bagi PKH. Jumlah rumah tangga sasaran (RTS) PKH mencapai sebanyak 2,4 juta.

Pada 2014, lanjut Salim, jumlah RTS penerima bantuan PKH meningkat menjadi 3,2 juta RTS. Sehingga alokasi anggaran untuk PKH pun meningkat. Pada 2014, total anggaran secara keseluruhan untuk Kemensos naik dari Rp 5,6 triliun menjadi Rp 7,6 triliun.

Selain PKH, ia menambahkan, ada sembilan program unggulan Kemensos lainnya. Program itu yakni kelompok usaha bersama (Kube), bedah kampong, pelayanan kesejahteraan sosial anak, rehabilitasi sosial dengan kecacatan, pelayanan lanjut usia, pemberdayaan komunitas adat terpencil, taruna siaga bencana (Tagana), kampung siaga bencana (KSB), dan perlindungan pekerja migran bermasalah.

Sejumlah program ini, Salim menjelaksan, mayoritas merupakan upaya pemberdayaan masyarakat. Di mana, Kemensos tidak lagi berperan sebagai pemadam kebakaran terhadap suatu permasalahan.

Pelaksanaan program ini ia menjelaskan, melibatkan sumber daya pekerja sosial. Saat ini jumlah pekerja sosial di Indonesia mencapai sebanyak 15 ribu orang. Sementara jumlah kebutuhan pekerja sosial profesional mencapai sekitar 155 ribu orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement