Sabtu 21 Dec 2013 01:54 WIB

Capres Jokowi atau Megawati, PDIP Ngaku Tidak Ada Perpecahan

Jakarta governor Jokowi (right with red scarf) join the Jakarta Night Religious Festival parade on Monday, Oktober 14, 2013
Foto: ANTARA FOTO
Jakarta governor Jokowi (right with red scarf) join the Jakarta Night Religious Festival parade on Monday, Oktober 14, 2013

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Wiryanti Sukamdani mengatakan, tidak ada perpecahan di tubuh partai perihal sosok calon presiden yang akan diusung, antara Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan kader partai itu Joko Widodo alias Jokowi.

"Tidak ada kubu-kubuan, semua satu nunggu keputusan Ketua Umum seperti yang sudah disepakati," kata Wiryanti setelah Malam Budaya "Ibu Melahirkan Tak Harus Mati" di Jakarta, Jumat malam.

Wiryanti mengatakan kader partai telah diinstruksikan untuk fokus pada pemenangan partai menjelang Pemilu Legislatif yang mencanangkan target 27,2 persen perolehan suara.

"Di dalam PDIP ini kita sangat kompak, dan konstitusional, dan saya jelaskan kita ini tradisinya sesuai ketentuan dari Ketua Umum," kata dia.

Menurut Wiryanti, hingga kini tidak ada gejolak-gejolak dalam tubuh partai untuk segera menentukan sikap mengenai bakal Calon Presiden, meskipun popularitas dan elektabilitas Joko Widodo yang juga Gubernur DKI Jakarta itu selalu teratas di berbagai survei.

Popularitas dan elektabilitas Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo, juga dalam berbagai survei terakhir selalu di atas Megawati, yang diprediksikan akan maju kembali.

"Kami tidak tahu, dan tidak pernah dengar soal gejolak-gejolak itu. Kami ikuti dulu saja jalan di Pemilu Legislatif 2014. Nanti Ketum yang menentukan," ujarnya.

Dia menambahkan, pendeklarasian kemungkinan setelah Pemilu Legislatif karena memperhatikan perolehan suara dari Pemilu Legislatif tersebut, dan untuk menentukan berkoalisi atau tidak.

"Jadi tidak ada kubu-kubuan, semua tunggu Pileg saja," ujarnya.

Politisi muda PDI-P Rieke Diah Pitaloka enggan berkomentar ketika ditanya kemungkinan ada perpecahan di internal DPP PDIP karena perbedaan dukungan kepada Megawati atau Jokowi.

"Saya tidak dapat berkomentar soal itu," ujarnya.

Popularitas dan elektabilitas Jokowi selalu teratas dalam berbagai survei yang dilakukan beberapa lembaga kajian.

Misalnya, pada survei yang dilakukan Cyrus Network, Jokowi diyakini telah mendongkrak elektabilitas PDIP sejak dirinya bergabung dengan partai berlambang banteng tersebut.

Saat Jokowi bergabung dengan PDI Perjuangan, maka suara partai tersebut dapat mencapai titik potensial tertinggi hingga 60 persen.

Bahkan Jokowi dengan elektabilitasnya diyakini dapat mendongkrak elektabilitas partai mana pun yang mendukungnya sebagai calon presiden.

Untuk partai yang diprediksikan tak lolos syarat ambang batas pencalonan Presiden seperti Partai Bulan Bintang, Nasional Demokrat atau PKPI, figur Jokowi dapat mengangkat perolehan suara partai tersebut hingga menyentuh angka 40 persen, kata peneliti Cyrus Network, Eko David Afianto, Minggu (15/12).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement