REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, aktivitas Gunung Sinabung terus meningkat dalam lima hari terakhir.
Secara visual, memang tidak terlihat peningkatan aktivitas secara mencolok tetapi secara kegempaan sejak lima hari terakhir mengalami peningkatan yang sangat signifikan, Ahad, (15/12).
Berdasarkan data PVMBG Badan Geologi, ujar Sutopo, sejak Selasa (10/12) kegempaan vulkanik sekitar 400, kemudian meningkat 500, 700 dan kemarin mencapai 1.000 kali gempa vulkaniknya.
Pada Sabtu (4/12) pukul 06:00 - 12:00 WIB secara visual terlihat asap putih tebal tinggi 100-400 meter, sedangkan dari seismisitas 32 kali gempa frekwensi rendah, 388 kali gempa Hybrid, dan enam kali gempa hembusan.Tremor dan amplituda maximum satu milimeter. Ini terkait dengan kondisi magma yang kini kedalaman sekitar dua kilometer dari kubah kawah.
"Dengan kondisi tersebut Gunung Sinabung berpotensi untuk erupsi. Belum dapat dipastikan apakah letusannya efusif (erupsi tanpa letusan) atau eksplosif (erupsi dengan letusan) ke depan," kata Sutopo.
Status tetap awas dan radius lima kilometer, ujar Sutopo, tetap diberlakukan. "Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius kurang dari lima kilometer,"ujarnya.
Jumlah pengungsi, terang Sutopo, terus bertambah. Pada Sabtu sore (14/12) jumlah pengungsi 17.939 jiwa (5.545 KK), tersebar di 31 lokasi. Sebelumnya pada Selasa (3/12) jumlah pengungsi 17.201 jiwa (5.503 KK), Rabu (4/12), 17.392 jiwa (5.547 KK), Kamis (5/12), 17.844 jiwa (5.513 KK) dan Jumat (6/12), 17.918 jiwa (5.537 KK).
Meski jumlah pengungsi meningkat, ujar Sutopo, masih ada warga yang enggan mengungsi. Sebagian masyarakat tetap kembali ke rumah untuk menengok rumah dan merawat kebun dan ternak. "Kami tidak bisa memaksa mereka untuk mengungsi. Kami hanya memberikan peringatan dan menyerukan himbauan bahaya gunung api," katanya.