Selasa 10 Dec 2013 20:58 WIB

Kemenhub Bahas Rel Kereta ke Pemprov DKI 2 Tahun Lalu

Rep: Esthi Maharani/ Red: Dewi Mardiani
Petugas mengganti rel kereta api yang rusak akibat tabrakan kereta api dengan truk tangki di perlintasan kereta di Bintaro Permai, Jakarta Selatan, Selasa (10/12).   (Republika/Yasin Habibi)
Petugas mengganti rel kereta api yang rusak akibat tabrakan kereta api dengan truk tangki di perlintasan kereta di Bintaro Permai, Jakarta Selatan, Selasa (10/12). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -– Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengaku sudah mengkaji jalur kereta di Jabodetabek. Dari hasil tersebut, solusi yang paling memungkinkan adalah membangun rel elevated (melayang) atau rel underpas/flyover sebagai alternatif perlintasan sebidang yang menjadi akar persoalan kemacetan dan kecelakaan kereta api.

Menteri Perhubungan, EE Mangindaan, mengatakan pihaknya sudah mengomunikasikan hal tersebut dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta. Bahkan, pembahasan sudah dilakukan dua tahun yang lalu. “Kita sudah evaluasi sejak 2 tahun lalu. Kita sudah bicara dengan DKI Jakarta dua tahun lalu juga. Mereka kemudian bicara dengan DPRD. Mungkin itu yang lama,” katanya saat ditemui di Istana Bogor, Selasa (10/12).

Ia mengakui, proses yang lama ada kemungkinan berkaitan dengan besarnya anggaran yang diperlukan untuk membangun rel elevated dan underpass/flyover. Meski tak menyebut angka, tetapi sedikitnya ada 15 titik yang perlu dibangun rel elevated ataupun underpass/flyover.

Salah satu tempat untuk dibangun rel tersebut adalah di lokasi kecelakaan commuter line yang menewaskan tujuh orang di Pondok Betung, perbatasan Tangerang Selatan-Jakarta Selatan.

Menurutnya, PT KAI dan Pemprov DKI telah sepakat untuk segera membangun rel elevated dan underpass untuk meningkatkan keamanan. “Disepakati secepatnya rapat untuk memulai pembangunan rel elevated dan underpass,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement