Jumat 22 Nov 2013 17:56 WIB

Polri: Bantuan Perangkat IT Australia Bukan Penyadapan

Penyadapan (ilustrasi)
Penyadapan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jendral (pol) Sutarman meyakinkan, bantuan perangkat informasi teknologi dari Australia bukan upaya untuk kamuflase penyadapan seperti yang dilakukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta pejabat tinggi lainnya beberapa waktu lalu.

"Insya Allah tidak ada karena ini kan bukan kaitannya dengan handphone (telepon genggam) dan lain-lain. Ini peralatan laboratorium dan forensik," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (22/11).

Arief mengatakan, meski perangkat kerasnya dari Australia, tetapi alat tersebut menggunakan ISP internet Indonesia.

"Jadi tidak tergabung ke satelit. Insya Allah tidak ada penyadapan dan yang ramai sekarang kan menggunakan komunikasi seluler. Kalau internet komunikasi hanya 'cyber patrol' (patroli siber atau dunia maya) saja. Data-data semua ada di laboratorium forensik," katanya.

Arief mengatakan, perangkat teknologi informasi tersebut meliputi perangkat lunak (software) dan perangkat keras (perangkat keras). "Banyak sekali peralatannya, baik 'hardware', 'software', tapi sudah diperiksa dan dicek semua, ini berkaitan dengan ' cyber forensic' (forensik dunia maya) atau 'lab cyber forensic' saja," katanya.

Dia menyebutkan, salah satu perangkat tersebut berupa "cyber crime investigation satelite office" (CCISO) dan "cyber crime investigation center" (CCIC) yang dipasang di Bareskrim Polri dan empat Polda, di antaranya Polda Metro Jaya, Bali, Medan dan Nusa Tenggara Barat.

Arief menjelaskan, kegunaan perangkat yang merupakan bantuan resmi dari Pemerintah Australia sejak 2011 tersebut, yakni untuk memonitor atau melakukan patroli di dunia maya (cyber patrol). Sementara dari perangkat kerasnya, lanjut dia, ada alat sebagai "server" untuk mengolah informasi digital ke dalam bentuk materil.

"Itu 'lab cyber forensic', jadi kalau ada 'hacker' (peretas) seperti kemarin, email hijacking, itu ada device, server yang ada di gadget, disitu banyak informasi digital yang digunakan untuk diwujudkan dalam bentuk materiil," katanya.

Dia juga mengatakan perangkat tersebut bisa untuk mendeteksi untuk aksi-aksi yang berkaitan dengan terorisme.Selain bantuan dari Australia, lanjut Arief, Mabes Polri juga mendapat bantuan yang serupa dan pelatihan patroli siber dari Amerika Serikat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement