REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik antara Indonesia dengan Australia dinilai menguntungkan posisi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat secara politis. Reuters menulis, ketegangan ini menjadi peluang bagi SBY mendapatkan dukungan publik dengan sentimen nasionalisme.
Kemarahan publik kepada Australia meningkat usai terkuaknya laporan mengenai kegiatan penyadapan pihak Canberra kepada pimpinan tinggi Indonesia. Termasuk, Presiden SBY dan istrinya Ani Yudhoyono.
"Ini adalah momentum dari Tuhan untuk kita dan kita tidak boleh menyia-nyiakannya,"ujar politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul, seperti dikutip Reuters.
"Anda bisa melihat masyarakat di luar sana mendukung kita untuk turun ke jalan. Saya rasa rating kita dalam poling akan meningkat karena semua orang sekarang bersatu di belakang presiden dan Partai Demokrat atas respons kita yang tegas,"ujarnya.
SBY memang tidak bisa mencalonkan diri kembali pada Pemilu 2014 mendatang. Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini akan fokus untuk mewariskan kepada partainya yang berharap bakal diuntungkan dengan konflik ini dan bisa tetap berkuasa. Hanya, peluang tersebut masih harus dilihat sampai seberapa jauh Indonesia bersitegang dengan Australia.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto memilih bersikap tenang. "Pemerintah kami telah sangat keras dalam reaksinya," Prabowo Subianto, mantan jenderal dan terdepan dalam pemilihan presiden, mengatakan kepada wartakwan, pekan ini.
"Australia adalah negara yang penting jadi jika mungkin kita harus menemukan cara untuk menjaga hubungan baik,"tambahnya.