REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir bandang menerjang Desa Salolebo dan Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat pada Senin (18/11) pukul 18.30 WIB.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan saat ini penanganan darurat banjir bandang di Mamuju Tengah masih dilakukan.
"Hujan deras di daerah pegunungan menyebabkan banjir bandang membawa lumpur dan kayu gelondongan," ujarnya pada keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (21/11).
Akibat banjir bandang menyebabkan 4 orang meninggal yaitu Dahlia (40 tahun), Nanah (25 tahun), Akse (30 tahun), dan Rahma (5 tahun), satu orang masih hilang (Rizky 3 tahun) yang hingga sore ini belum ditemukan, dan satu orang luka patah kaki (Sultan 47 tahun) yang segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
Sutopo mengungkapkan, data sementara ada 71 rumah rusak berat dan 316 rumah rusak ringan. Kerusakan fasilitas umum seperti masjid, jembatan, saluran irigasi dan sebagainya masih dalam pendataan.
"Jumlah pengungsi 339 jiwa. Pengungsi berada di tenda pengungsi dan balai desa serta di rumah sanak saudaranya," kata Sutopo.
Sutopo mengatakan kemungkinan banjir bandang terjadi akibat pembendungan alamiah di bagian hulu yang kemudian jebol menerjang bagian hilir. Bendungan alamiah terjadi akibat adanya longsor tebing dan membendung alur sungai. "Saat hujan deras bendungan tersebut jebol dan mebawa lumpur dan kayu-kayu gelondongan," ujar Sutopo.
Sutopo menambahkan, pencarian korban hilang masih dilakukan oleh tim gabungan dari TNI, Basarda, BPBD, Polri, Tagana dan masyarakat dengan melakukan penyusuran sungai dan mencari di bawah material kayu-kayu.
"Bupati Mamuju Tengah telah menetapkan masa tanggap darurat selama 3 hari yaitu 19-21 Nov 2013 dan kemungkinan akan diperpanjang. BPBD Mamuju Tengah sudah memberikan bantuan beras, family kits dan sandang," katanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
