REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak dilibatkannya pengurus DPD II Golkar di forum Rapimnas ke-IV bisa berdampak negatif terhadap pencapresan Aburizal Bakrie (Ical). Dampak yang terburuk bisa berupa peralihan dukungan dari Ical ke figur lain di Partai Golkar.
"Bisa saja dukungan capres beralih ke figur lain. Capres lain seperti Pak Jusuf Kalla dan Akbar Tandjung," kata Ketua DPD II Partai Golkar Banda Aceh, Muntasir Hamid ketika dihubungi Republika, Rabu (13/11).
Ical, kata dia, harus berbesar hati membuka kesempatan kepada DPD II untuk menyampaikan pendapat. Karena DPD II yang paling mengerti kondisi riil partai di akar rumput. Tanpa ada DPD II mustahil segala program yang dicanangkan DPP bisa berjalan efektif. "Kerja meyakinkan rakyat ada di DPD II," ujarnya.
Muntasir menyadari forum rapimnas memang milik DPD I. Namun di sini justru perlunya kebesaran jiwa Ical selaku ketua umum. Dia mengatakan Golkar sebagai partai besar di Indonesia semestinya mencontoh partai lain yang melibatkan pengurus tingkat kota/kabupaten dalam pengambilan keputusan strategis.
"DPD I tidak punya kekuatan tanpa DPD II. Saya pikir Ical bisa berbesar hati mengundang DPD II ke Jakarta mengikuti rapimnas," ujarnya
Muntasir mengatakan DPD II menghargai berbagai upaya yang dilakukan Ical demi menaikan elektabilitas. Namun upaya itu semestinya tidak membuatnya menutup kemungkinan terhadap kemunculan capres alternatif di internal Golkar.
Sebab, menurutnya, di luar figur Ical masih ada tokoh potensial untuk diusung menjadi capres seperti JK dan Akbar Tandjung. "Kenapa tidak memberi kesemapatan kepada Akbar untuk menjadi wapres? Sedangkan JK untuk menjadi capres," katanya.
Keinginan DPD II menolak Ical akan semakin menguat jika DPD II tidak dilibatkan dalam rapimnas. Muntasir memastikan akan banyak pengurus DPD II yang tidak mau bergerak aktif memenangkan Ical sebagai capres. "Suara Golkar akan stagnan. Mereka akan meninggalkan partai," ujarnya.