Rabu 13 Nov 2013 16:35 WIB

Tiga Bulan Sampah Menumpuk di Pintu Air Kali Baru

Rep: Mg30/ Red: A.Syalaby Ichsan
Tumpukan sampah yang menyebabkan banjir di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, Rabu (13/11).
Foto: Deasy Amalia
Tumpukan sampah yang menyebabkan banjir di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, Rabu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, CILILITAN – Sudah tiga bulan sampah menumpuk di pintu air Kali Baru, Cililitan, Jakarta Timur. Penumpukan tersebut, karena petugas pengangkut sampah tidak datang mengangkut sampah. 

Kepala operator saringan sampah otomatis di Kali Baru, Iwan Maulana, mengatakan, kebanyakan sampah yang menumpuk itu berupa plastik, dedaunan, Styrofoam, sayur mayor dan batang-batang kayu. 

Dari pantauan Republika, Iwan terlihat dibantu sejumlah warga berupaya untuk menarik sampah ke atas agar tidak terjadi penumpukan yang lebih tinggi. Iwan mengatakan, saat ini tinggi air di Kali Baru sekitar dua meter.

Banyaknya debit air yang masuk merupakan kiriman dari Bogor. "Karena sampah yang ada kian banyak, pintu air semetara kita tutup agar air agar tidak meluap,’’ ujar Iwan, Rabu (13/11).

Penumpukan sampah di pintu air Kali Baru, tentu saja mengkhawatirkan apalagi di saat musim hujan seperti ini. Sejak Selasa (12/11) sore hingga kini, sekitar 80 rumah di Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur terendam banjir.

Banjir tersebut kmerendam RW 15, tepatnya RT 1, 2, 3, dan 4.  Saat banjir berangsur surut, warga mulai membersijkan air yang menggenang dan sampah yang menumpuk. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama, apalagi jika hujan kembali turun.

Rohma (54 tahun), warga RT 03/15 mengatakan, banjir di kampungnya seringkali terjadi sejak musim hujan.

Dalam seminggu, banjir bisa terjadi dua kali. Namun, banjir kali ini lebih lama dari biasanya. “Biasanya sih banjir hanya sebentar. Tapi kali ini lebih lama, yaitu hingga pagi hari,” kata Rohma, Rabu (13/11) saat ditemui Republika.

Rumahnya yang berpenghuni enam orang ini sempat terendam banjir sampai betis kaki orang dewasa. Peralatan rumah tangga banyak yang terendam saat banjir, seperti lemari, kasur, dan kursi.

Menerima kondisi seperti ini, Rohma mengaku sudah terbiasa. “Saya sih sudah biasa dengan kondisi seperti ini,” akunya.

Saat air masuk ke rumahnya, tak jarang ia menguras air tersebut. Peralatan seperti ember dan serokan sudah siap di depan rumahnya. Ia mengeluarkan air yang masuk ke rumahnya sampai bersih. 

Hal tersebut kian dirasakan Riri (20 tahun) warga RT 04 Kampung Kramat . Meskipun hanya lingkungan depan rumahnya yang terendam air, ia masih sibuk membersihkan genangan dan becek yang mengenai rumahnya. 

Rumah Riri tepat berada di Kali Baru, Cililitan. Saat banjir terjadi, Ia sempat melihat sampah sempat menggunung lebih tinggi dari kalinya. Dangkalnya kali dan derasnya kali membuat air menjadi meluap.

”Sebenarnya waktu itu hujan tidak deras. Hanya saja, aliran kali yang sangat deras dan tumpukan sampah yang menggunung. Makanya airnya meluap,” ungkapnya. Ia menduga banjir tersebut berasal dari air kiriman Bogor.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement