Jumat 01 Nov 2013 17:34 WIB

Sorgum, Pangan Lokal yang Masih Terabaikan di NTT

Rep: M Akbar/ Red: Hazliansyah
Sorgum
Foto: Republika/M Akbar
Sorgum

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA TENGGARA TIMUR -- Rasanya cukup hambar ketika mencicipi makanan olahan dari bahan sorgum yang terhidang pada pameran Hari Pangan se-Dunia di Waingapu, Nusa Tenggara Timur (NTT), pekan lalu.

Rasa sorgum ini mirip seperti halnya beras merah. Secara bentuk, sorgum memiliki bentuk fisik bulat dan berukuran lebih kecil dibanding beras merah yang berbentuk bulir-bulir panjang.

Sorgum merupakan salah satu pangan lokal yang tumbuh di lahan kering Sumba Timur, NTT. Tapi popularitasnya ternyata masih kalah mentereng dibandingkan jagung maupun ubi. Warga setempat menyebut tanaman serealia ini dengan nama jagung rote.

''Padahal sorgum asalnya dari sini, saya juga tidak mengerti mengapa sampai dibilang seperti itu (jagung rote),'' kata Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora.

Gidion mengakui saat ini warga yang tinggal di daerah perkotaan memang kurang mengetahui atau mengenal lagi sorgum. Tanaman ini, kata dia, masih lebih banyak dikenal pada masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman desa.

Popularitas yang kurang dari sorgum ini diakui pula Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Kota Waingapu, Lukas R Malo. Salah satu penyebabnya adalah pengolahannya yang jauh lebih rumit dibandingkan dengan jagung atau ubi. Selain itu, kata dia, sejauh ini masih belum ada alat olah penggilingan bagi sorgum.

"Jadi memang benar kalau sorgum ini masih kurang diminati," kata dia.

Di Kecamatan Waingapu, Lukas mengatakan, luas hamparan tanaman sorgum masih di bawah dari jagung dan ubi kayu. Sedangkan untuk produksi, sorgum rupanya berada di urutan keempat dari empat jenis pangan lokal yang cukup banyak dikembangkan di tempat ini. (lihat tabel)

Walau kurang diminati, Lukas mengatakan, sorgum ini sebenarnya bisa menjadi salah satu pangan lokal yang cukup bagus untuk dikonsumsi. Kandungan gizi dari tanaman ini cukup bagus.

Mengutip informasi dari laman resmi balai penelitian dan pengembangan Departemen Pertanian, disebutkan biji sorgum ini mengandung tiga jenis karbohidrat, yaitu pati, gula terlarut, dan serat. Kandungan gula terlarut pada sorgum itu terdiri dari sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltosa.

Selanjutnya, sorgum juga mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan, masing-masing sebesar 6,5 - 7,9 persen dan 1,1 - 1,23 persen. Kandungan protein memiliki kadar yang nyaris sama dengan jagung. Kalau sorgum sebesar 10,11 persen, sedangkan jagung 11,02 persen kandungan proteinnya. Begitu pula dengan kandungan patinya sebesar 80,42 persen, sedangkan kandungan pada jagung 79,95 persen.

Selain kandungan gizi dan karbohidrat yang tinggi, sorgum rupanya juga menghasilkan etanol. Etanol ini bermanfaat bagi campuran bahan bakar.

Guru besar Universitas Udayana, I Gusti Ayu Mas Sri Agung, mengatakan sumber etanol itu bisa dihasilkan dari batang sorgum. Dari hasil penelitian dengan menanam sorgum pada lahan seluas 4,5 are, Mas Sri mampu menghasilkan 4 ribu liter etanol.

"Proses penanamnya dilakukan selama tiga bulan dan biasanya ditanaman setelah Maret," jelasnya.

Mas Sri menjelaskan sorgum ini memang sangat mengandalkan sistem sawah tadah hujan. Untuk kebutuhan air pada saat penanaman, ia menyebut sorgum hanya membutuhkan sekitar seperempat dari kebutuhan tanaman tebu dan separuh dari konsumsi air pada tanaman jagung.

"Di sini (NTT), sorgum itu sebenarnya sangat cocok karena di sini lahannya cukup kering," kata dia.

Dengan adanya kesesuaian iklim, Mas Sri mengatakan, sorgum sebenarnya cukup potensial untuk dikembangkan sebagai pangan lokal dari NTT yang menjanjikan. Dengan mengembangkannya, ia mengaku, upaya pemerintah setempat yang sedang menggalakkan diversifikasi pangan akan bisa berselaras dengan baik.

"Cuma tinggal sekarang ini kemauan dari pemerintahnya saja bagaimana mendorong agar tanaman ini bisa diterima dan dikembangkan lebih banyak lagi oleh warga di sini," kata dia.

Data Produksi Tanaman Lokal di Kecamatan Waingapu pada 2013

Produk            Luas Hamparan             Produksi

Jagung               645 hektare              1.935 ton

Ubi kayu              35 hektare                 140 ton

Sorgum                 8 hektare                   16 ton

Ubi jalar                4 hektare                   20 ton

Sumber: BP3K Kecamatan Waingapu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement