Kamis 24 Oct 2013 18:52 WIB

Hanura: Indonesia Punya Banyak Stok Capres Muda

Rep: M Akbar Wijaya/ Red: Heri Ruslan
Yuddy Chrisnandi
Foto: Istimewa
Yuddy Chrisnandi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi Partai Hanura, Yuddy Chrisnandi menilai saat ini Indonesia sudah memiliki sejumlah stok tokoh yang layak diusung sebagai calon presiden (capres). Nama-nama itu tersebar di berbagai partai dengan garis ideologi ketokohan sosio-nasionalis-religius.

"Di Demokrat itu Gita Wirjawan dan Anis Baswedan, di PDIP ada Jokowi dan Pramono Anung, di PPP ada Lukman Hakim, PKB mudah-mudahan Muhaimin Iskandar, di PAN Zulkifli Hasan, di Golkar Priyo Budi Santoso," kata Yuddy dalam diskusi di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (24/10).

Yuddy mengatakan mereka yang dia sebut sudah cukup memiliki kematangan politik. Tinggal persoalannya sekarang adalah keberanian dan kepercayaan diri untuk maju di bursa capres 2014. "Tinggal mereka berani nggak, punya self confident cukup kuat nggak, untuk membawa gagasan-gagasan," ujarnya.

Mantan politikus Partai Golkar ini mengaku dirinya belum pantas dikategorikan sebagai capres muda. Alasannya, dia belum memiliki posisi yang mantap di Partai Hanura. "Kalau seperti saya, Mas Fadli Zon, Bang Ara (Maruarar Sirait belum sampai pada posisi itu. Realitasnya bertolak belakang dengan idealisasinya," kata Yuddy.

Jauh sebelum Demokrat menggelar konvensi capres, Yuddy mengaku sudah mengalami pengalaman serupa di Partai Golkar. Menurutnya sangat sulit bagi seorang kader muda maju sebagai capres.

"Saya lebih memiliki pengalaman dibanding konvensi Partai Demokrat sekarang saya pernah ikut konvensi. Kemudian diputuskan layak calon presiden oleh dewan integritas bangsa. (Lalu) Ditawarkan ke parpol lain. Saya sudah merasakan betapa sulitnya," katanya.

Perlu ada dorongan dari rakyat agar partai politik bisa melahirkan capres muda alternatif. Partai politik harus disadarkan bahwa zaman sudah berubah dan hegemoni elite tidak perlu lagi ada.

 "Perlu advokasi untuk hegemoni elite bahwa zaman sudah berubah. Perlu ada konsensus nasional," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement