Ahad 13 Oct 2013 08:37 WIB

Konsumsi Ayam dan Telur di Indonesia Rendah

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Dewi Mardiani
Daging ayam yang dijual di pasar tradisional.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Daging ayam yang dijual di pasar tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Masyarakat yang mengonsumsi daging ayam dan telur di Indonesia masih rendah. Menurut Ketua Panitia Peringatan ke-3 Hari Ayam dan Telur Nasional serta Hari Telur Sedunia, dr I Ketut Yahya, konsumsi ayam dan telur di Indonesia masih sangat rendah, yakni 87 telur butir per orang per tahun.

Untuk konsumsi daging ayam juga masih rendah, yaitu 8 kg daging ayam per orang per tahun. Angka itu cukup rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia. Di sana, setiap orang mengkonsumsi 30 kilogram daging ayam per tahun.

"Kalau kita dibandingkan dengan kebiasaan orang Indonesia dalam merokok, setiap orang Indonesia rata-rata merokok 1.100 batang per tahunnya, atau tiga batang rokok per harinya," kata Yahya, Sabtu (12/10). Jadi, dia menilai, konsumsi kedua jenis sumber protein hewani itu cukup rendah di Indonesia.

Karena itu, lanjutnya, kampanye makan daging ayam dan telur dapat memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ayu Pastika, dalam sambutan acara tersebut mendorong ibu-ibu PKK untuk mengonsumsi daging ayam dan telur. Hal itu disebabkan oleh tingginya protein yang ada pada daging ayam dan telur, selain harganya relatif lebih terjangkau. "Ibu-ibu agar ikut menyosialisasikan manfaat mengkonsumsi daging ayam dan telur," kata 

Dia mengatakan, kampanye makan daging ayam dan telur merupakan program kampanye Menu Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA). Ayu Pastika mengakui, masih adanya anggapan keliru soal mengonsumsi ayam dan telur.

Karena itu dia berharap para ibu PKK diberikan pengetahuan yang cukup mengenai gizi ayam dan telur, sehingga anggapan negatif itu dapat ditanggulangi. "Dengan meningkatkan konsumsi ayam dan telur, sebenarnya juga berarti meningkatkan pendapatan dari peternak unggas, Juga mengurangi urbanisasi, karena peternakan ayam kebanyakan ada di desa-desa," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement