REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Police Watch (IPW) mencatat selama sembilan bulan terakhir dari Januari sampai September 2013, sebanyak 17 anggota polisi menjadi korban tindak kekerasan.
"17 polisi menjadi korban kebrutalan orang tidak dikenal, mulai dari rumahnya ditembak, dibacok, dikeroyok dan ditembak hingga tewas. Ibu kota Jakarta ternyata makin tidak aman bagi anggota kepolisian," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, di Jakarta, Selasa (24/9).
Dari ke-17 polisi korban tindak kekerasan itu, sebanyak tujuh polisi dikeroyok, enam polisi ditembak, tiga polisi ditusuk atau dibacok, dan satu rumah polisi ditembak.
Akibatnya, kata dia, sebanyak 11 polisi luka-luka dan empat lainnya tewas tertembus peluru.
"Aksi brutal yang dialami polisi ini membuat warga prihatin dan sekaligus khawatir akan kondisi keamanan ibu kota Jakarta. Jika polisi saja tidak bisa mengamankan dirinya dari serangan para kriminal, bagaimana bisa warga berharap polisi melindungi mereka," katanya.
Yang ironis dari kasus ini, kata dia, ada dua peristiwa yang patut dicermati, yakni saat korban mengaku sebagai anggota polisi malah dikeroyok dan jadi bulan-bulanan pelaku serta ditusuk atau dibacok.
Peristiwa lainnya, ia menambahkan, tanpa ujung pangkal anggota polisi tersebut dikeroyok atau ditembak.
Dikatakannya, berbagai peristiwa ini menunjukkan ada tiga fenomena baru dalam dinamika kepolisian, pertama, peristiwa ini menunjukkan bahwa Jakarta makin tidak aman lagi bagi polisi.
Kedua, hubungan polisi dengan masyarakat semakin buruk.
"Kelompok-kelompok masyarakat makin nekat berbuat anarkis pada polisi," katanya.
Ketiga, peristiwa ini menunjukkan bahwa polisi di ibu kota makin tidak terlatih, baik dalam bela diri maupun dalam menggunakan senjata api.
"Berbagai peristiwa ini harus dicermati Polri agar kasus-kasus pengeroyokan dan penembakan terhadap polisi di Jakarta tidak terus terjadi dan mempermalukan institusi kepolisian," katanya.