Senin 16 Sep 2013 02:17 WIB

Ini Motivasi Pelajar yang Hobi Tawuran

Sejumlah pelajar yang terlibat tawuran digiring ke kantor polisi.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Sejumlah pelajar yang terlibat tawuran digiring ke kantor polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, Aksi tawuran pelajar Jakarta yang sejak dahulu tidak ada habisnya, dinilai sudah sangat mengkhawatirkan. Perilaku negatif itu ditengarai dilakukan siswa karena ingin menunjukkan identitas dan eksistensi dirinya. Meskipun hal itu merupakan perbuatan yang salah.

Sekjen Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti mengatakan, salah satu penyebab kenakalan remaja, khususnya tawuran antar pelajar yang kini kerap terjadi salah satunya faktor adalah lingkungan sekolah. "Saat ini yang kita tahu faktor senioritas di sekolah masih ada hingga membuat siswa yunior menjadi tidak nyaman, yang akhirnya mencari pelarian untuk menunjukkan identitas dan eksistensinya di luar dengan cara melakukan tawuran," ujar Retno, seperti dilansir situs beritajakarta.

Untuk itu demi meminimalisir tawuran antar pelajar, guru sebagai tenaga pendidik harus mengajarkan anti kekerasan kepada siswa, di mana penekanannya dilakukan saat memberikan sanksi. "Sekarang sudah eranya teknologi jadi tidak bisa lagi menggunakan kekerasan. Kalaupun memberikan sanksi harus mendidik hingga membuat siswa nyaman," jelas Retno.

Ketua Youth Smoking Prevention (YSP) yang juga Guru Besar Universitas Trisakti, Farah Margaretha menuturkan, untuk mengatasi permasalahan tawuran yang kini banyak terjadi antar pelajar, bukan hanya dibutuhkan peran serta pendidik semata. Tapi juga orang tua harus berperan membangun watak dan karakter anaknya. "Membangun watak dan karakter kuncinya adalah komunikasi antara anak dengan orang tua serta guru," kata Farah.

Ia menyebut, perkembangan teknologi canggih dengan era digitalnya, menjadi salah satu faktor penyebab kenakalan remaja. "Untuk itu kiranya anak-anak diberikan rasa nyaman baik dari sekolah maupun orang tua. Orang tua juga hendaknya memonitor anak-anaknya dengan melakukan komunikasi hingga si anak merasa diperhatikan dan nyaman," ucapnya.

Faktor lain kenakalan remaja, lanjutnya, yaitu banyaknya siswa yang merokok. Survei yang ditemukan di DKI Jakarta yang dilakukan YSP, dari 1.435 siswa SMP dan SMA, sebanyak 75 persen menyatakan kalau ayah mereka merokok. Sedangkan 10, 4 persen siswa mengaku kalau ibu mereka juga merokok dan sebanyak 35,8 persen siswa menyatakan bahwa anggota keluarga yang lain juga merokok. Bahkan 13,3 persen siswa pernah ditawari merokok oleh orang tua mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement