REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar memastikan pengusungan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai capres telah bulat meski ada sedikit goyangan di internal. Untuk menggeret peluang memenangkan pilpres, partai berlambang pohon beringin itu secara terbuka menyatakan sedang mengincar Joko Widodo (Jokowi) sebagai pendamping Ical.
"Kami pilih cawapres yang bisa menutupi kelemahan Pak Ical. Yang paling kami incar Jokowi, karena kalau kedua partai besar bersatu pasti pembinaan ke depan akan kuat," kata Wakil Bendahara Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo di Jakarta, Sabtu (14/9).
Ia menambahkan, Jokowi merupakan pilihan paling rasional. Mengingat gubernur DKI itu berasal dari PDI Perjuangan yang dikenal memiliki kekuatan besar. Sehingga, dengan penggandengan Ical dan Jokowi, dua kekuatan besar bisa bersatu untuk menciptakan parlemen dan sistem pemeritahan yang lebih kuat.
Namun, lanjut dia, Golkar dan Ical juga memiliki pertimbangan lain dari fenomena Jokowi saat ini. Dikatakan, ada beberapa hal yang perlu ditinjau ulang. Walau pun dilihat dari jangkar kekuatan partai.
"Fenomena Jokowi sekarang kan mirip dengan SBY pada 2004 dan 2009. Tapi apakah berhasil saat sudah menjabat, ternyata tidak," ungkap anggota Komisi III tersebut.
Hal lain yang membuat Golkar ragu adalah belum adanya kepastian dari PDI Perjuangan tentang pencalonan Jokowi. Sedangkan Golkar melihat pencapresan tidak bisa hanya disiapkan beberapa saat setelah pemilu legislatif berakhir. Merencanakan program, visi,misi, dan gagasan pasangan capres dan cawapres harus dimulai meski hasil pileg belum diketahui.
Karenanya, sembari menunggu Golkar juga membidik tokoh-tokoh lain. Misalnya mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, dan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Golkar juga fokus meningkatkan soliditas dan konsolidasi internal. Antara lain, dengan merangkul kembali kelompok-kelompok yang masih meragukan Ical.
Tidak hanya sebagai capres, tetapi juga sebagai pimpinan partai. "Bagi kami Pak Ical itu sudah harga mati. Kami harus punya keyakinan mengusung calon, soal menang, soal kalah itu soal belakangan," tegas Bambang.