REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Seekor Orangutan ditemukan tanpa kepala telah membusuk di Desa Pelangsian Kecamatan Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah pada Selasa (3/9). Diduga kuat mati, Orangutan itu mati karena dibunuh.
"Kepalanya tidak ada. Kalau dilihat dari bentuk luka pemotongan kepalanya seperti itu, diduga kuat mati karena dibunuh. Kelihatan sengaja dipotong," kata Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit, Muriansyah di Sampit, Rabu (4/9).
Sebelum bangkai Orangutan itu dikubur, BKSDA telah melakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi. Kondisi bangkai sudah membusuk dan berbelatung. Dari hasil pemeriksaan diketahui, Orangutan itu berjenis kelamin jantan. Usianya diperkirakan antara 20 hingga 25 tahun, bukan usia remaja sekitar 7 tahun seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Menindaklanjuti temuan itu, BKSDA sudah berkoordinasi dengan Polsek Ketapang yang pertama sekali mendapat kabar penemuan bangkai orangutan itu dan mengevakuasinya ke RSUD dr Murjani Sampit. "Kami berkoordinasi dan minta bantuan Polsek Ketapang serta warga, karena mereka yang tahu lokasinya. Rencananya kami akan turun ke lokasi untuk menyelidiki lebih lanjut," tambah Muriansyah.
Penemuan bangkai orangutan tersebut sempat membuat geger warga setempat karena dikira mayat manusia. Untuk menyelidiki lebih lanjut, Polsek Ketapang memutuskan membawanya ke kamar mayat RSUD dr Murjani Sampit. Hasil pemeriksaan positif bahwa bangkai itu adalah orangutan.
Berdasarkan Undang-Undang No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, penganiaya atau pembunuh satwa dilindungi diancam kurungan maksimal lima tahun penjara.
Saat ini jumlah orangutan di Kalimantan diperkirakan tinggal sekitar 54.000 ekor. Jumlahnya terus berkurang akibat habitatnya rusak oleh perambahan kawasan hutan untuk kepentingan investasi dan lainnya. Orangutan sering diburu dan dibasmi karena dianggap sebagai hama oleh perusahaan perkebunan atau masyarakat. Padahal, orangutan masuk ke areal perkebunan untuk mencari makanan karena habitatnya telah dirusak manusia.