Ahad 01 Sep 2013 21:00 WIB

'Konvensi Partai Demokrat Akan Munculkan Capres Alternatif'

Ketua Komite Konvensi Partai Demokrat Maftuh Basyuni (tengah) menyerahkan surat keputusan penetapan peserta konvensi kepada perwakilan peserta di Wisma Kodel Jakarta, Jumat (30/8). Komite Konvensi Partai Demokrat menetapkan 11 calon peserta untuk mengikuti
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Ketua Komite Konvensi Partai Demokrat Maftuh Basyuni (tengah) menyerahkan surat keputusan penetapan peserta konvensi kepada perwakilan peserta di Wisma Kodel Jakarta, Jumat (30/8). Komite Konvensi Partai Demokrat menetapkan 11 calon peserta untuk mengikuti

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Komite Konvensi Partai Demokrat telah mengundang 15 nama untuk mengikuti penjaringan bakal calon presiden dari Partai Demokrat.

Ke-15 tokoh yang diundang itu adalah Anies Baswedan, Ali Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irsan Noor, Irman Gusman, Mahfud MD, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, Rusdi Kirana, Rustriningsih, dan Sinyo Harry Sarundajang.

"Dengan mencermati nama-nama ini, saya agak yakin, perhelatan politik yang mengharu biru dalam perpolitikan nasional ini akan memunculkan (bakal) capres alternatif, terutama dari kalangan generasi baru," ungkap Jeffrie Geovanie, Founder The Indonesian Institute, Ahad (1/9).

Menurut dia, dari ke-15 nama yang dipanggil undangan dan memenuhi Komite Konvensi itu ada sejumlah sosok generasi baru, seperti Anies Baswedan, Gita Wirjawan, Dino Pati Djalal serta Rusdi Kirana (RK).

"RK, seperti kita ketahui, merupakan sosok yang bukan berasal dari kelompok mayoritas, baik dari segi ras maupun keyakinan (agama)," jelas Jeffrie.

Kesediaannya menghadiri undangan Komite Konvensi, kata dia, menjadi bukti bahwa Indonesia sudah berubah. Dulu, di negeri ini, ada ras tertentu yang sekadar untuk menjadi warga negara yang sah pun bukan perkara mudah. Kini, hal itu sudah menjadi bagian dari memori masa lalu.

"Itu yang pertama," cetusnya.

Kedua, kata Jeffrie, RK merupakan pengusaha sukses yang benar-benar merangkak dari bawah. Perusahaan yang dipimpinnya, Lion Air, telah menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia, dan salah satu yang utama di Asia.

"Padahal “cuma” berawal dari penyewaan satu pesawat Boeing 737-200, yang memulai penerbangan pertama pada 30 Juni 2000. Dari modal sepuluh juta dolar AS, atau setara sembilan miliar rupiah pada saat itu, kini menjelma menjadi salah satu dari perusahaan-perusahaan dengan asetdan pembayar pajak terbesar di Indonesia," papar Jeffrie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement