REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Penutupan lokalisasi Klakahrejo, Benowo oleh Pemerintah Kota Surabaya menuai protes, Ahad (25/8) kemarin. Papan deklarasi 'Kampung Bebas Porstitusi' yang menjadi simbol peresmian, justru disobek dan dirobohkan oleh sekelompok PSK dan mucikari.
Ratusan pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari melangsungkan aksi unjuk rasa atas penutupan lokalisasi tersebut. Secara bersamaan mereka orasi saat Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini membawakan pidato sambutannya di Balai RW 02, Gang Sekolahan, Klakahrejo.
Keberadaan para demonstran semula tidak diduga pihak keamanan. Sebab, jelang peresmian sekitar pukul 15.00 tidak terlihat adanya gerakan. Namun, saat Risma hendak menyampaikan sambutannya, barulah mereka beramai-ramai datang sambil membawa poster bernada protes.
“Tolong Bu Risma jangan egois, mau dikasi makan apa anak-anak kami,” teriak salah satu PSK, Sinta di luar balai RW.
Dia mengatakan, penutupan itu merupakan kebijakan sepihak lantaran PSK dan mucikari belum diajak musyawarah terkait nasib mereka pascapenutupan. Ditambah, pemberian tali asih yang hanya Rp 5 juta untuk mucikari dan Rp 4 juta PSK, tidak menjamin untuk modal usaha ke depan.
Menurutnya, sampai sekarang uang itu juga belum diterimannya sama sekali. Dan kalau mau dilakukan penutupan, kata Sinta, harus merata, termaksud Gang Dolly yang menjadi lokalisasi terbesar di Surabaya. “Jangan hanya di sini, tapi Gang Dolly dibiarkan beroperasi,” ujarnya.
Kemudian, karena tidak merasa digubris, para demonstran kemudian memaksa masuk ke balai RW di tengah-tengah kegiatan. Akhirnya Risma menghampiri mereka dan berusaha merebut sebuah poster yang dipegang seorang PSK barisan terdepan.
“Ini apa-apa ini, mau dibantu kok tidak mau,” bentak Risma sambil berusaha merebut papan tersebut.
Perempuan itu pun tidak serta begitu saja memberikan simbol protes itu saat Risma menarik paksa dari tangannya. Akibatnya, terjadi perselisihan yang melibatkan turunnya petugas keamanan. Mereka memisahkan Risma dan menahan pengunjuk rasa agar tidak memasuki area balai.
Beberapa saat kemudian, situasi kondusif karena kelompok PSK dan mucikari tersebut berpindah ke pos linmas RW. Saat itu, Risma pun meresmikan kawasan tersebut dengan membuka tirai papan deklarasi yang bertuliskan Kampung Bebas Porstitusi.
Hanya selang lima menit setelah papan 4x2 tersebut berdiri, ratusan massa yang sempat menahan diri langsung merobohkannya. Petugas keamanan pun tidak ada yang terlihat mencegah upaya pengrusakan, hanya mengamankan agar kericuhan itu tidak meluas.“Saya tidak akan lari, apapun rintangannya akan saya hadapi,” kata Risma.
Menurut Risma, penolakan yang dilakukan oleh para PSK dan Mucikari merupakan hal yang biasa. Risma yakin tidak ada yang orang yang mau bekerja dengan profesi tersebut. Itu alasan, Pemkot bersikeras menutup lokalisasi itu dan membantu mereka keluar dari bisnis maksiat.