REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekitar tujuhpuluh ribu orang di Indonesia mengalami penyakit gagal ginjal. Sebagian penderita gagal ginjal dinilai disebabkan oleh penyakit diabetes dan hipertensi dan penyebab yang berasal dari kualitas makanan.
"Ada kecurigaan terhadap makanan yang mengandung formalin dan obat kuat,"kata Dirjen Bina Upaya Kesehatan Akmal Taher saat menghadiri peringatan ulang tahun ke-25 Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny.R.A. Habibie di Bandung, Ahad (25/8).
Ia juga mengungkapkan, pengeluaran Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sebagian besar untuk pengobatan hemodialisis atau cuci darah. Namun, belum dapat menutupi Ia juga memprediksi, penyakit gagal ginjal semakin meningkat setiap tahunnya.
"Pengetahuan terhadap penyakit ginjal dan hemodialisis juga masih terbatas,"kata dia. Salah satu upaya memperkecil jumlah penderita gagal ginjal adalah transplantasi ginjal.
Sayangnya, kata dia, baru 800 orang di seluruh Indonesia yang ditransplantasi karena terbatasnya sumber daya manusia dan fasilitas transplantasi ginjal.
Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencegah penyakit ginjal yakni dengan mengintervensi penyakit dengan mencari penyebabnya. Salah satu cara mencegah adalah berolahraga secara teratur.
"Penyebab diabet, hipertensi, makanan mengandung zat formalin, dan obat kuat. Perlu dorongan dari semua pihak untuk menekan penyakit ini,"kata dia.
Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny.R.A. Habibie, kata dia, dapat mempelopori pencegahan gagal ginjal. "Dengan pendidikan dan penelitian, diharapkan RSKG dapat berkontribusi positif untuk menekan pertumbuhan penyakit ginjal di Indonesia,"kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jawa Barat (Jabar) Alma Luciati menuturkan, di Jabar penderita gagal ginjal mencapai 7.500 orang yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Mereka menjalani cuci darah satu hingga dua kali seminggu.