REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah mencurigai konvensi calon presiden Partai Demokrat sebagai menuver pencitraan untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas partai berlambang bintang Mercy itu.
"Komite Konvensi yang bertugas melakukan seleksi calon presiden sangat sulit untuk bertindak independen, karena tentunya ada intervensi dari elite Partai Demokrat," kata Iberamsjah ketika dihubungi melalui telepon selulernya, di Jakarta, Kamis (15/8).
Iberamsjah melihat konvensi capres Demokrat lebih kepada upaya meningkatkan popularitas dan elektabilitas, ketimbang mencari figur calon presiden. Bahkan, kata dia, mungkin saja ada figur yang sudah disiapkan sebagai capres, namun dengan dilakukannya konvensi capres, sehingga bisa membentuk opini bahwa Partai Demokrat melakukan langkah demokratis.
Guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) ini juga mempertanyakan soal transparansi penyelenggaraan konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. "Kalau penyelengggaraan konvensi capres Partai Demokrat benar-benar transparan, mengapa tidak mengumumkan anggarannya," katanya.
Publik mempertanyakan berapa anggaran yang disiapkan dan dari mana saja sumbernya. "Seharusnya ini dipublikasi," katanya.
Sementara itu, Komite Konvensi calon presiden Partai Demokrat sudah mulai bekerja mendata nama-nama tokoh yang dinilai potensial untuk diseleksi menjadi peserta konvensi, pada Kamis ini. Sekretaris Komite Konvensi Capres Partai Demokrat, Suaidi Marasabesy, mengatakan, Komite Konvensi sudah melakukan rapat internal untuk mendiskusikan nama-nama tokoh yang akan diseleksi serta persyaratannya, pada Selasa dan Rabu (13-14/8).