REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Sindikat pembobol brankas di kantor-kantor pemerintahan di sejumlah daerah diduga berkeliaran.
"Kemungkinan ada sekelompok orang yang spesial mencuri uang dalam brankas, tapi di sisi lain perlu dicurigai keterlibatan orang dalam karena mereka lebih mengetahui seluk-beluk brankas seperti nomor kombinasi dan jumlah uang di dalamnya," kata Kabid Humas Polda Maluku, AKBP Hassan Mukadar di Ambon, Sabtu (10/8).
Kasus pembobolan brankas sudah berulang kali terjadi pada sejumlah kantor-kantor pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Buru dan Kota Ambon. Hassan mengatakan, untuk mengetahui modus dan para pelaku pembobol brankas, aparat kepolisian dalam melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) harus secara cermat termasuk memeriksa bekas-bekas sidik jari.
"Polisi juga perlu melihat hasil penyelidikan secara mendalam, meminta keterangan saksi sebanyak-banyaknya guna mencari tahu modus operandi dari kejahatan seperti ini sebab bukan baru pertama kali terjadi di sana," katanya.
Kasus pembobolan brankas pada 2006 lalu terjadi pada kantor Bappeda Kabuapten Kepulauan Aru, kemudian pada 2010 terjadi lagi pembobolan brankas bagian umum dan perlengkapan Sekda Aru dimana sejumlah PNS maupun Satuan Polisi Pamong Praja, Bendahara kantor dan mantan Kabag Umum telah dimintai keterangan namun sampai pada saat ini tidak terungkap.
Selanjutnya pembobolan brankas kantor Disnakertrans, pembobolan kantor Kependudukan dan Catatan Sipil, serta pembobolan brankas di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Kepulauan Aru.