REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR, Tjahjo Kumulo tidak sepakat jika aparat intelijen Indonesia dianggap kecolongan dengan kasus teror bom di Vihara Ekayana, Duri Kepa, Jakarta Barat, kemarin. Hal ini mengingat luasnya wilayah dan besarnya penduduk di Indonesia.
"Saya yakin aparat intelijen tidak kecolongan," kata Tjahjo dalam pesan singkat kepada Republika, Senin (5/8).
Sekjen DPP PDI Perjuangan ini mengakui ledakan bom di Vihara Ekayana cukup mengejutkan. Karena bom meledak ppada saat jemaah vihara tengah beribadah. Ia pun meminta aparat keamanan dan intelijen bersiaga menjaga objek-objek vital di masyarakat. "Khususnya tempat-tempat ibadah dan objek vital," ujarnya.
Aparat keamanan harus menjalin kordinasi yang baik memburu pelaku teror. Tjahjo menyatakan tidak boleh ada egoisme sektoral antara kepolisian dengan Densus 88 dan jajaran intelijen dalam mengungkap kasus ini.
Dikatakan, terorisme merupakan tidakan yang mengancam eksistensi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tjahjo percaya aparat dan intelejen sudah memetakan semua jaringan teroris dan bekerja maksimal melakukan tindakan antisipasi di masyarakat untuk memutus mata rantai terorisme.
"Wibawa pemerintah dan nama Indonesia dipertaruhkan di mata dunia internasional. Apalagi terkait teror rumah-rumah ibadah dan objek alat vital strategis dan markas-markas aparat keamanan," ujarnya.