Sabtu 03 Aug 2013 07:32 WIB

Oknum Inilah yang Bikin Resah Pemudik

Seorang pemudik tengah menunggu bus di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur.
Foto: Republika/Prayogi
Seorang pemudik tengah menunggu bus di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Pemudik di Terminal Pulogadung mengeluhkan tindakan sejumlah Perusahaan Otobus (PO) yang menyebar sejumlah pegawainya di terminal untuk mendapatkan penumpang. "Ketika turun dari angkutan umum di depan terminal, saya langsung dipaksa bahkan ditarik untuk menggunakan bus dari PO-nya," ujar Supardi (38), pemudik tujuan Banyuwangi.

Ia menolak dengan halus tetapi pegawai PO itu malah mengeluarkan kalimat kasar dan bahkan menariknya agar menggunakan bus dari PO-nya. "Saya khan tujuannya ke Banyuwangi, eh malah dipaksa naik bus jurusan Surabaya, maksudnya apa coba," kata dia.

Hal yang sama juga dirasakan oleh pemudik tujuan Yogyakarta, Subagio. Menurut dia, saat dirinya turun dari angkutan umum di depan terminal, ada dua orang pegawai PO yang menanyakan tujuannya. "Baru datang dan sampai di Terminal Pulogadung saya langsung ditanyakan tujuan pulang kampung dan memaksa saya untuk menggunakan busnya padahal itu bukan tujuan saya," ujar pria yang berusia 40 tahun tersebut. Karena pegawai PO itu memaksa dan menariknya, ia mengurungkan niatnya untuk naik bus dari dalam terminal. "Terpaksa saya menunggu bus di luar terminal ketimbang naik dari dalam terminal," kata dia.

Ia mengkhawatirkan jika masuk ke dalam terminal akan berhadapan dengan calo ataupun pegawai PO yang menawarkan harga karcis lebih tinggi. "Saya kurang yakin dengan keamanan Terminal Pulogadung yang banyak calo dan pegawai PO dimana mereka memaksa untuk membeli tiket. Sudah pasti mereka menjual tiket dengan harga mahal. Tiket dengan harga Rp 100 ribu bisa dijual Rp 200-250 ribu," kata dia.

Kepala Pos Pengamanan Terminal Bus Pulogadung Iptu Aston Edward Sinaga, mengatakan jika ada pemudik yang melaporkan pegawai PO yang nakal maka akan ditindak tegas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement