Jumat 02 Aug 2013 23:28 WIB

Survei FSI: Ani Yudhoyono Ungguli Jokowi Jadi Capres

Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya Ani Yudhoyono melakukan tos saat buka puasa bersama para pemimpin redaksi, di Istana Negara, Selasa malam (16/7)
Foto: Peter Gontha
Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya Ani Yudhoyono melakukan tos saat buka puasa bersama para pemimpin redaksi, di Istana Negara, Selasa malam (16/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ani Yudhoyono secara mengejutkan mengunguli Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo dalam tingkat pengenalan (awareness) dalam survei Lembaga Focus Survey Indonesia (FSI). Ani, Megawati, dan Jokowi masuk dalam 20 nama yang layak menjadi capres.

"Hal mengejutkan tokoh muda yang sangat dikenal oleh masyarakat adalah Jumhur Hidayat dengan tingkat awareness mencapai 87 persen, di atas Gita Wiryawan, Mahfud MD, Yusril Ihza Mahendra, Din Syamsuddin, Marzuki Alie, Surya Paloh, Sri Mulyani, dan Pramono Edhie," kata Direktur FSI Nelly Rossa Juliana, di Jakarta, Jumat (2/8).

Untuk tingkat pengenalan (awareness) ke-20 nama tokoh nasional yang layak menjadi capres adalah Ani Yudhoyono (99 persen), Megawati Soekarnoputri (99,50 persen), Jokowi (97,30 persen), Basuki Tjahaja P alias Ahok (97,30 persen), Prabowo Subianto (96,20 persen), Sutiyoso (93,90 persen), Jusuf Kalla (91,40 persen), Aburizal Bakrie (90,50 persen), Sri Sultan Hamengku Buwono X (90,30 persen), Wiranto (87,40 persen), dan Moh Jumhur Hidayat (87,30 persen).

Selebihnya, sederet nama seperti Yusril Ihza Mahendra, Mahfud MD, Din Syamsuddin, Sri Mulyani, Gita Wiryawan, Marzuki Alie, Surya Paloh, dan Pramono Anung, mendapat prosentase perolehan suara di bawah Jumhur.

FSI menyelenggarakan survei itu dari 10-28 Juli lalu di 21 provinsi yakni di Aceh, Sumut, Riau, Sumsel, Lampung, di seluruh provinsi di Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulut, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Maluku, dan Papua terhadap 10.000 sampel responden yang memiliki hak pilih dalam pemilu yang tersebar di 200 kabupaten/kota dalam 420 kecamatan pada 5.000 kelurahan/desa.

Survei menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan toleransi kesalahan (margin of error) 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 98 persen. "Responden menanggapi 20 nama tokoh yang kami sodorkan ke setiap respondon. Ke-20 nama itu kami kumpulkan terlebih dahulu dengan berbagai pertimbangan popularitas dan kiprahnya yang tercermin pada pemberitaan masing-masing tokoh," katanya.

Terkait dengan tokoh yang mampu menyelesaikan persoalan nasional, nama Jumhur muncul lagi dengan prosentase yang tinggi bersama Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri.

"Jumhur menjadi tokoh muda yang dianggap masyarakat dapat menyelesaikan persoalan nasional karena dia merupakan pejabat negara yang sangat baik dalam mengelola instansi yang dipimpinnya. Hal ini tercermin dengan makin tertatanya perlindungan TKI, tidak adanya korupsi di instansinya. Selain itu Jumhur mantan aktivis buruh yang sangat dikenal di kalangan buruh yang dipastikan akan berpihak pada rakyat kecil," kata Nelly.

Respondennya juga disodorkan pertanyaan siapa yang akan mereka pilih bila Pemilu Presiden dilakukan hari ini. Pada peringkat pertama, sebanyak 27,40 persen responden memilih Prabowo Subianto sedangkan Megawati hanya 12,7 persen.

Tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 11,3 persen, Wiranto 8,4 persen, Moh Jumhur Hidayat 6,3 persen mengalahkan Hatta Rajasa 5,8 persen, Aburizal Bakrie 4,9 persen.

Jumhur Hidayat, katanya, bisa menjadi penarik suara bagi partai politik jika jauh sebelum pemilu Jumhur dijadikan salah satu kandidat calon presiden atau cawapres. Sementara 12 partai politik peserta Pemilu 2014 pilihan responden adalah Gerindra 21,2 persen; PDI Perjuangan 19,7 persen; Golkar 17,1 persen; Partai Demokrat 9,4 persen; Hanura 7,9 persen; PKB 5,7 persen; PPP 5,1 persen; NasDem 4,3 persen; PAN 3,8 persen; PKS 2,9 persen; PKPI 1,6 persen; dan PBB 1,3 persen.

Nelly mengaku lembaga surveinya independen dan membiayai sendiri kegiatan survei tersebut tanpa sokongan dana dari salah satu calon atau partai tertentu. "Begitu adanya yang kami peroleh dari responden, semua bisa dibuktikan, tidak ada pesanan tertentu dari pihak manapun. Kami sangat independen, dan sudah berpengalaman melakukan survei untuk Pilkada DKI Jakarta, NTT, dan beberapa daerah lain yang ternyata terbukti dengan calon yang menjadi pemenangnya," kata Nelly.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement