Rabu 24 Jul 2013 14:05 WIB

Menag: Momentum Itsbat Ada Upaya Membenturkan NU-Muhammadiyah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Karta Raharja Ucu
Menteri Agama RI Suryadharma Ali memimpin sidang Isbat di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, Senin (8/7).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Menteri Agama RI Suryadharma Ali memimpin sidang Isbat di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, Senin (8/7). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag), Suryadharma Ali kembali mengingatkan agar umat Islam tetap  bersatu dan  bisa memahami perbedaan terkait perbedaan awal Ramadhan dan Idul Fitri dari penetapan sidang Itsbat.

"Sepertinya ada upaya membenturkan NU-Muhammadiyah setiap sidang itsbat. Karenanya, umat Islam  Indonesia harus bisa menjaga  perbedaan ini," ujar Menag dalam acara buka puasa bersama para wartawan dan segenap pejabat Kemenag di rumah dinasnya, Komplek Perumahan Menteri Widya Candra, Selasa (23/7) malam. 

Menag bersyukur hingga kini umat Islam tidak terpancing dengan upaya pembenturan ini. "Alhamdulillah masyarakat tidak terpancing," tegasnya.

Menurut Suryadharma, proses sidang itsbat sejak awal penuh dengan ilmu pengetahuan. Jadi tidak ada upaya merekayasa sidang itsbat itu untuk dibawa ke ranah politik. Ditegaskan Menag, ada tradisi yang bagus dengan digelarnya sidang itsbat yang diawali dengan pra itsbat. Dengan menggelar sidang pra itsbat yang diisi dengan pembahasan astronomi sebelum keputusan. Maka sidang pra itsbat ini membuka ruang ilnu pengetahuan.

"Karena itu ada baiknya, kedepan ada baiknya sidang itbat dimulai lebih awal siang hari misalnya jam 13.30 untuk mengkaji ilmu astronomi dan falaq islam, dan  membahas bagaimana metode hisab dan rukyat," jelasnya.

Menag berpendapat, hal itu penting untuk memberikan jawaban ke masyarakat betapa pentingnya sidang itsbat dari sisi keilmuan astronomi. Kemudian, bagaimana menjawab pandangan perlunya penentuan sidang itsbat ditentukan pemerintah atau ormas.

Menurutnya, hal ini juga perlu diberikan jawaban kepada masyarakat. Bagaimana metodologi penentuan dan perhitungan di dalam hisab yang bisa bermacam-macam, masyarakat islam harus tahu.

"Walau ada perbedaan penetapan seperti Muhammadiyah, naqsyabandiya dan annadhir, ini perlu dipahamkan cara yang berbeda-beda itu. Tapi posisi pemerintah di sini tetap mempresentasikan ulil amri yang memfasilitasi hal itu agar perbedaan itu dapat hilang atau lebih dipahami oleh kalangan umat Islam awam," tutupnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement