REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Partai Persatuan Pembangunan (PPP) beberapa waktu lalu mengumumkan target meraup 12 persen suara dalam Pemilu 2014. Menanggapi itu, Pengamat Politik Rajawali Foundation Nico Hardjanto, skeptis PPP dapat memenuhi targetnya.
"Saya kira berat, meski sekarang kompetitor sedikit, terutama partai Islam sedikit (dibandingkan pemilu 2009 lalu), tapi porsi pemilih Islam terbagi, baik ke nasionalis maupun ke partai Islam," katanya, Senin (22/7).
Ia mengatakan sampai saat ini tidak ada faktor pendorong pendulang suara PPP. Juga dari sisi ketokohan, tidak ada pemimpin kharismatis yang mampu mendongkrak suara partai berlambang Kakbah tersebut.
Sementara dari sisi kebijakan, juga belum terdapat program-program yang populer di masyarakat. Kemudian kinerja Ketua Umum PPP Suryadharama Ali sebagai menteri agama juga belum menampakkan keberhasilan.
"Tanpa ada figur yang mendongkrak elektabilitas, PPP tidak mungkin 'double digit'," katanya.
Ia menambahkan, target realistis PPP adalah mempertahankan suara pada 2009 lalu sebesar lima persen. "Bilapun ingin naik, maka kemungkinan 5-8 persen," katanya.
Sementara, Sekretaris Jenderal PPP Romahurmuziy optimistis PPP dapat meraih target suara 12 persen. Ia mengatakan untuk mengejar target tersebut PPP menggunakan pendekatan teritorial, dengan pembinaan suara per TPS.
"Target kita 20 suara per TPS (tempat pemungutan suara), dengan prediksi PPP atas tingkat golput 2014 sebesar 50 persen, maka 20 per TPS itu maknanya 12 persen," katanya.